Air Laut Dalam Potensial untuk Dikonsumsi, demikian diungkap Peneliti Institut Pertanian Bogor. Para peneliti menyatakan bahwa air laut dalam berpotensi menjadi sumber air yang layak dikonsumsi.
Tim peneliti ini terdiri dari tiga peneliti yaitu, Prof Bonar P Pasaribu, Dr Djisman M, dan Dr Jonson L Gaol yang merupakan peneliti dalam eksplorasi dan eksploitasi air laut dalam (ALD) di Indonesia menyatakan penelitian yang mereka lakukan bisa dijadikan sebagai alternatif sumber-sumber air layak konsumsi selain di darat.
Dalam presentasinya, Jonson L Gaol menjelaskan bahwa air laut dalam (ALD) dengan kandungan mineralnya sangat penting dan bermanfaat setelah diolah dengan baik, sebagai pasokan air minum bagi kelangsungan hidup dan kesehatan tubuh manusia.
"Penyediaan air mineral laut dalam ini juga merupakan suatu kegiatan yang bersifat strategis untuk mengantisipasi kemungkinan krisis air bersih di masa mendatang," katanya.
Ia mengatakan, ALD setelah melalui proses desalinasi, juga memberi hasil sampingan, yaitu garam berkualitas tinggi.
Di samping itu ALD dapat diaplikasikan untuk berbagai kegunaan, yaitu untuk budi daya perikanan, pertanian, bahan kosmetik, obat-obatan, spa dan sebagai pendingin ruangan. Menurut dia, salah satu kelebihan ALD ini adalah mengandung mineral yang sangat kaya dan dibutuhkan oleh tubuh manusia. Berbeda dengan air murni dalam kemasan yang tidak mengandung mineral.
Karena manfaatnya yang sangat baik, maka industri ALD telah berkembang di Hawaii dan Jepang sejak sekitar 20 tahun silam, dan sejak sekitar lima tahun lalu Korea Selatan, Taiwan, dan India juga telah mengembangkan industri ini.
"Di Jepang sendiri terdapat 13 merek air mineral laut dalam sebagai air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar di pasaran hingga sekarang," katanya.
Ia menjelaskan, ALD disedot dari kedalaman lebih dari 300 meter. Lapisan ini berada di bawah lapisan termoklin dan juga di bawah lapisan eufotik. Air di kedalaman sekitar 300 meter ini suhunya berkisar 10 derajat Celcius, bersih, kaya nutrient, kaya mineral, dan stabil.
Kondisi ALD ini berbeda dengan air laut di permukaan (di lapisan zona eufotik) yang sangat dipengaruhi proses yang terjadi di lapisan permukaan seperti fotosintesis, pencemaran, suspense sedimen dan blooming alga. Dengan demikian, katanya, ALD sangat layak untuk dijadikan sebagai sumber air minum.
"Setelah hampir dua tahun melakukan kajian, maka tahun ketiga telah mulai dibangun industri ALD di Bali," katanya. Industri yang dibangun, kata dia, masih dalam skala laboratorium untuk menghasilkan seribu liter air mineral laut dalam per hari.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar