Post kedua tentang kisah Khalifah Umar RA, yang pada kali bertemu dengan seorang nenek yang berkeluh kesah kepadanya. Sebagaimana kebiasaan amirul mukminin ini, Ia menjumpai nenek ini pada sebuah pondok miliknya.
Pada suatu hari Khalifah Umar Al-Khatab baru saja pulang dari mengunjungi negeri Seria. Seperti biasa Umar akan berjalan-jalan dan meninjau sekitar kawasan untuk melihat kondisi rakyat untuk mengetahui sendiri akan penderitaan mereka. Pada kali ini Umar menuju ke sebuah pondok buruk yang didiami oleh seorang nenek tua.
Umar pergi ke rumah nenek tersebut dengan menyamar sebagai orang biasa. Sudah menjadi kebiasaan pada Umar menyamar menjadi rakyat biasa karena ia ingin melihat sendiri akan penderitaan yang di alami oleh rakyatnya dan ingin mendapat informasi atau pandangan rakyat terhadapnya.
Saat tiba di rumah nenek tersebut Khalifah memberi salam dan berkata. "Apakah nenek mendengar apa-apa berita tentang Umar?".
Jawab nenek tua itu "Kabarnya Umar baru saja pulang dari Seria dengan selamat".
Kata khalifah lagi "Bagaimana pendapat bapak tentang khalifah kita itu".
Jawab nenek "Semoga Allah tidak memberi imbalan baik kepadanya".
Umar bertanya lagi "Mengapa nenek berkata begitu?".
Jawab nenek "Ia sangat jauh dari rakyatnya. Sejak menjadi khalifah dia belum pernah menjenguk pondok aku ini apalagi memberi uang".
Umar menjawab "Bagaimana mungkin dia dapat mengetahui kondisi nenek sedangkan tempat ini jauh terpencil"
Nenek mengeluh dan berkata "Subhanallah! Tidak mungkin seorang khalifah tidak mengetahui kondisi rakyatnya walau dimana mereka berada".
Mendengar kata-kata tadi Umar tersentak lalu berkata didalam hatinya "Celakalah aku karena semua orang dan nenek ini pun mengetahui perihal diriku". Umar menyesal sambil meneteskan air mata.
Umar berkata lagi: "Wahai nenek, berapakah kamu ingin menjual kezaliman Umar terhadap nenek ?. Saya kasihan kalau Umar mati nanti akan masuk neraka. Itu pun kalau nenek mau menjualnya".
Kata nenek "Jangan engkau berguaru dengan aku yang sudah tua ini". Sambung Umar lagi "Saya tidak bergurau, saya benar-benar nek, berapakah nenek akan menjualnya. Saya akan menebus dosanya, maukah nenek menerima uang sebanyak 25 dinar sebagai harga kezalimanya terhadap nenek" sambil menyerahkan uang tersebut kepada nenek.
"Terima kasih nak, baik benar budi mu" kata nenek sambil mengambil uang tersebut.
Sementara itu Ali Abu Thalib bersama Abdullah bin Mas'ud melewati di daerah itu. Melihat Umar berada disitu, mereka pun memberi salam.
"Assalamualaikum ya Amirul Mukminin".
Mendengar salam tersebut, tahulah nenek bahwa tamu yang berbicara denganya barusan adalah Khalifah Umar Al-Khatab. Dengan perasaan takut dan gemetar nenek berkata "Masya Allah, celakalah aku dan ampunilah nenek atas kelancangan nenek tadi ya Amirul Mukminin. Nenek telah memaki Umar dihadapan tuan sendiri". Rantapan nenek telah menyadarkan Umar.
"Tak mengapa nek, mudah-mudah Allah memberi restu kepada nenek" kata Umar. Ketika itu juga Khalifah Umar telah membuka bajunya dan menulis keterangan berikut diatas bajunya.
"Bismillahirrahmanirrahim,
Dengan ini Umar telah menebus dosanya pada kezalimannya terhadap seorang nenek yang merasa dirinya dizalimi oleh Umar, sejak menjadi khalifah sehingga ditebusnya dosa itu dengan 25 dinar. Dengan ini jika perempuan itu mengklaim Umar di hari Mahsyar, maka Umar sudah bebas dan tidak bersangkutan lagi ".
Pernyataan tersebut ditandatangani oleh Ali bin Abu Thalib dan di saksikan oleh Abdullah bin Mas'ud.
Baju tersebut diserahkan kepada Abdullah bin Mas'ud serya berkata "Simpahlah baju ini dan jika aku mati masukkan kedalam kain kafanku untuk dibawa menghadap Allah Subhanahu Wataala nanti".
Sumber : http:// linputra. blogspot . com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar