1. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Dengan IDEOLOGI yang ALLAH ajarkan (2:31) yaitu AL-QURAN (55:1-4) untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya (57:9, 33:43), AKU (pembaca) menjalani hidup.
2. الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Hamida - Yahmadu - Hamdan = Pujian, sikap merendahkan diri kepada MAHMUD.
Pujian HANYA hak Allah, mengapa ALLAH berhak dipuji? karena ALLAH memiliki NAMA BAIK (prestise), 7:180.
Mengapa ALLAH memiliki Prestise? karena ALLAH memiliki PRESTASI, 29:44.
Apa prestasi ALLAH? ROBB-ul-'ALAMIN, 1:2.
Apa itu ROBB? Pencipta, pemelihara, pendidik, pengatur, dst... 7:54.
Segala sesuatu yang ada di alam ini tunduk patuh kepada SUNNAH ALLAH, 3:83.
Bagaimana konkretnya ALLAH sebagai ROBB? wujud nyata ALLAH sebagai ROBB adalah adanya RUBUBIYYAH (aturan) ALLAH, 6:57.
3. الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Masyarakat JAHILIYYAH mengakui ALLAH sebagai ROBB, 10:31.
Namun mereka tak mengakui ALLAH sebagai RAHMAN-RAHIM. 36:15.
Penggunaan kata AR-RAHMAN adalah menunjukkan bahwa RUBUBIYYAH ALLAH yang harus dipegang teguh dan dijadikan rujukan dalam setiap perkara hidup adalah AL-QURAN, 55:1-4.
Penggunaan kata AR-RAHIM adalah menunjukan bahwa untuk mentegakkan RUBUBIYYAH ALLAH tersebut diutuslah seorang RASUL demi mengeluarkan manusia dari KEGELAPAN menuju CAHAYA, 57:9 dan 9:127-128.
4. مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ
ALLAH adalah MALIK, pemilik kerajaan LANGIT dan BUMI. 25:2.
Wujud nyata ALLAH sebagai pemilik kerajaan langit adalah adanya MALAIKAT (aparat/petugas kerajaan) ALLAH. 69:17.
Wujud nyata ALLAH sebagai pemilik kerajaan bumi adalah dengan diutusnya seorang RASUL yang juga berfungsi sebagai KHALIFAH (duta/perwakilan) kerajaan ALLAH. 2:30.
RASUL berjuang mentegakkan MULKIYYAH ALLAH agar RUBUBIYYAH ALLAH dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan totalitas. 42:13.
Pengakuan manusia bahwa ALLAH adalah rajanya haruslah dibuktikan dengan mentegakkan DIIN, karena ALLAH adalah MALIKI YAUMIDDIN, 5:68.
5. إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Inilah hasil daripada proses pentegakkan DIIN ALLAH, yaitu MASYARAKAT TAUHID yang selaras antara HABLUN-MIN-ALLAH ( نَعْبُدُ ) dan HABLUN-MIN-ANNAAS ( نَسْتَعِينُ ), semuanya itu dilakukan berdasarkan TAUHID, 4:1.
========
Dari ayat 1-5 AL-FATIHAH, ALLAH mengajarkan konsep dasar kehidupan yang HAQ, yaitu JALAN HIDUP yang akan mambawa MANUSIA kepada RAHMAT.
RUBUBIYYAH = KONSEP HUKUM dan UNDANG-UNDANG.
MULKIYYAH = SISTEM PEMERINTAHAN sebagai tempat untuk diberlakukannya HUKUM dan UU tersebut. tanpa tegaknya MULKIYYAH maka KONSEP HUKUM sebagus apapun hanya akan tinggal di etalase museum.
ULUHIYYAH = buah daripada terlaksananya HUKUM dengan kedaulatan penuh PEMERINTAHAN ISLAM, maka akan mewujudkan sebuah MASYARAKAT TAUHID yang menjadikan ALLAH sebagai satu-satunya ILAAH, dalam segala sendi kehidupannya baik yang menyangkut HABLUN-MIN-ALLAH (IBADAH) dan HABLUN-MIN-ANNAAS (MUAMALAH) semuanya terlaksana sesuai dengan ISLAM, terciptalah DUNIA yang penuh dengan RAHMAT.
======
6. اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Mustaqim adalah isim fa'il (subjek) dari kata istiqomah, istiqomah artinya teguh pendirian, jadi berdasar kaidah tata bahasa mustaqim artinya adalah "orang-orang yang teguh pendirian"
"tunjukilah kami jalannya orang-orang yang teguh pendirian"
Itulah terjemahan asli berdasar kaidah tata bahasa, kemudian kita lihat konteks ayat dan mencari penjelasan dari ayat tersebut dengan ayat lainnya.
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
"Yaitu jalannya orang2 yang telah Kau anugerahi NI'MAT atas mereka"
Siapa itu orang2 yang telah di anugerahi NI'MAT oleh Allah?
Jawabannya ada di 4:69,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
1. Nabi-nabi,
2. para shiddiiqiin,
3. para syuhada
4. dan orang-orang saleh.
Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Jadi, shirothol mustaqim adalah Jalan yang ditempuh oleh orang2 yang teguh pendirian, yaitu para nabi, para shiddiqin, para syuhada, para sholihin.
Jelaslah bahwa ayat 6 ini menjabarkan secara garis besar tentang bagaimana caranya mentegakkan KONSEP TAUHID yang dijelaskan sebelumnya
Selanjutnya, sikap manusia terhadap hal ini akan terbagi menjadi 3 golongan besar yang dijelaskan dalam ayat 7.
7.1. صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Skenario pertama adalah akan ada dalam kehidupan sekelompok manusia yang berada pada Jalan Allah yang Lurus. Mereka itu adalah Orang2 yang menerima nikmat (ajaran) dari Allah dan mentaatinya dengan penuh istiqomah. Mereka itulah para Nabi, Shiddiqiin, Syuhada, Sholihin.
AL-NISAA' : 69,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
Dan barang siapa yang menaati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
AL-AHZAAB : 38-39,
مَا كَانَ عَلَى النَّبِيِّ مِنْ حَرَجٍ فِيمَا فَرَضَ اللَّهُ لَهُ سُنَّةَ اللَّهِ فِي الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلُ وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا 38 الَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَالاتِ اللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُ وَلا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلا اللَّهَ وَكَفَى بِاللَّهِ حَسِيبًا
Tidak ada suatu keberatan pun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.
7.2. غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
Skenario kedua adalah akan ada dalam kehidupan sekelompok manusia yang telah menerima nikmat (ajaran Allah) tapi mendustakannya. Ia beriman kepada sebagian ajaran yang menguntungkan hawa nafsunya tapi ia mendustakan ajaran yang merugikan hawa nafsunya. Inilah yang disebut sebagai orang-orang munafik. Mereka memahami Al-Quran tapi menghalangi dari ditegakkannya Al-Quran tersebut.
AL-SHAAFF : 2-3,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لا تَفْعَلُونَ 2 كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لا تَفْعَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tiada kamu kerjakan. Orang munafik inilah yang dikatakan dalam 4:150 sebagai kafir yang sebenar-benarnya. Dengan kemunafikannya ia senantiasa menyekutukan Allah dengan cara mencampur-adukan antara yang haq dengan yang bathil.
AL-NISAA' : 150-151,
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَنْ يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللَّهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَنْ يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلا 150 أُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ عَذَابًا مُهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasu-rasul-Nya, dan bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan rasul-rasul-Nya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian dan kami kafir terhadap sebahagian (yang lain)", serta bermaksud (dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian (iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.
FATHIIR : 42 - 43,
وَأَقْسَمُوا بِاللَّهِ جَهْدَ أَيْمَانِهِمْ لَئِنْ جَاءَهُمْ نَذِيرٌ لَيَكُونُنَّ أَهْدَى مِنْ إِحْدَى الأمَمِ فَلَمَّا جَاءَهُمْ نَذِيرٌ مَا زَادَهُمْ إِلا نُفُورًا 42 اسْتِكْبَارًا فِي الأرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلا يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلا سُنَّةَ الأوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَبْدِيلا وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللَّهِ تَحْوِيلا
Dan mereka bersumpah dengan nama Allah dengan sekuat-kuat sumpah; sesungguhnya jika datang kepada mereka seorang pemberi peringatan, niscaya mereka akan lebih mendapat petunjuk dari salah satu umat-umat (yang lain). Tatkala datang kepada mereka pemberi peringatan, maka kedatangannya itu tidak menambah kepada mereka, kecuali jauhnya mereka dari (kebenaran), karena kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunah Allah itu.
7.3. وَلا الضَّالِّينَ
Skenario ketiga adalah akan ada dalam kehidupan sekelompok manusia yang menolak untuk beriman kepada Allah. Mereka adalah orang-orang yang sesat karena tak mau berpetunjuk dengan AL-Quran. Dengan penolakannya itu maka akan sama saja bagi mereka apakah diperingatkan atau tidak mereka tetap akan menolak.
AL-NISAA' : 136,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَنْ يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلالا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
AL-MU'MIN : 82-85,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَانُوا أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَآثَارًا فِي الأرْضِ فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ 82 فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ 83 فَلَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا قَالُوا آمَنَّا بِاللَّهِ وَحْدَهُ وَكَفَرْنَا بِمَا كُنَّا بِهِ مُشْرِكِينَ 84 فَلَمْ يَكُ يَنْفَعُهُمْ إِيمَانُهُمْ لَمَّا رَأَوْا بَأْسَنَا سُنَّةَ اللَّهِ الَّتِي قَدْ خَلَتْ فِي عِبَادِهِ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْكَافِرُونَ
Maka apakah mereka tiada mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka. Maka tatkala datang kepada mereka rasul-rasul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh azab Allah yang selalu mereka perolok-olokkan itu. Maka tatkala mereka melihat azab Kami, mereka berkata: "Kami beriman hanya kepada Allah saja dan kami kafir kepada sembahan-sembahan yang telah kami persekutukan dengan Allah. Maka iman mereka tiada berguna bagi mereka tatkala mereka telah melihat siksa Kami. Itulah sunah Allah yang telah berlaku terhadap hamba-hamba-Nya. Dan di waktu itu binasalah orang-orang kafir.
Demikian penjabaran makna surat al-Fatihah, semoga bermanfaat.
0 comments:
Posting Komentar