'Yatim Piatu' Anak Muallaf Korea Warisi Hutang Rp 45 Juta. Ayo Bantu!!
Sudah jatuh tertimpa tangga. Begitulah nasib yang dialami keponakan saya, Muhammad Fikri dan Dinda Syifa Ismail. Belum pupus kesedihan dari qalbunya saat ditinggal ayahandanya, Chang You Young (Muhammad Ismail Shaleh), seorang muallaf asal Korea menghadap Ilahi. Baru enam bulan berstatus sebagai anak Yatim, kini Fikri dan Dinda kembali berduka ditinggal ibundanya, Elly Mariati menyusul jejak suaminya menghadap Ilahi.
Kesedihan menjalani sebagai anak yatim piatu (tanpa ayah dan ibu) itu masih harus ditambah lagi dengan beban yang tak kalah beratnya. Fikri dan Dinda harus mewarisi hutang puluhan juta kepada rumah sakit untuk biaya almarhum ibunya selama perawatan dan operasi penyakit kanker.
Dua bulan lalu (13/10/2010), voa-islam.com menyiarkan Suara Pembaca berjudul “Janda Muallaf Korea Butuh Bantuan Pengobatan dan Pendidikan Anak Yatim,” mengenai derita janda muallaf Korea yang butuh bantuan biaya untuk pengobatan di rumah sakit Darmais Jakarta.
Jum’at malam (5/11/2010) sekitar pukul 23.15, Mulyadi dari voa-islam.com menyampaikan dana bantuan dari para buruh migran Indonesia (TKW) di Hong Kong sebesar 1.600.000.
Di di lantai 4 Ruang Teratai I rumah sakit Darmais, Jakarta Barat itu, Elly nampak sedang menikmati bacaan ayat-ayat suci Al-Qur’an dari MP4 yang dibawa kakaknya, Eros. Meski tubuhnya menderita penyakit kronis setelah dioperasi sebanyak 4 kali, ibu Elly masih bisa tersenyum menyambut tamu yang membezuknya. Bu Elly sangat terharu menerima bantuan yang datang jauh dari sesama muslimah di perantauan. “Terima kasih banyak ya Pak Mul, saya gak bisa balas ngasih apa-apa,” katanya.
“Kami juga minta maaf Bu, karena bantuan kami ini tidak seberapa,” jawab pemred voa-islam itu.
“Gak papa Pak Mul, terima kasih banyak, yang penting doanya. Minta doanya ya, Pak Mul,” jawab Bu Elly.
Sabtu pagi, Eros mengirim sms kepada voa-islam.com, mengabarkan bahwa Bu Elly sudah meninggal.
Inna lillahi wa inna ilaihi roji’un… Ternyata pertemuan pemred voa-islam.com dengan Bu Elly malam itu adalah pertemuan terakhir (pamit-pisah).
Detik-detik meninggalnya Elly berlangsung sangat mengharukan. Jam 8 pagi, Elly Mariati masih sempat minta disambungkan via telpon gengam kepada Eros, kakaknya. Dalam pembicaraan itu Elly menitipkan kedua orang anaknya Muhammad Fikri dan Dinda Syifa Ismail agar kakaknya mau merawat dan menyayangi kedua anaknya yang masih butuh kasih sayang belaian orang tua dan biaya sekolah untuk masa depan.
Kira-kira jam 09.30 WIB, Elly hanya didampingi ibunya yang sudah renta di rumah sakit Dharmais. Sang ibu minta ijin kepada Elly untuk membeli berbagai keperluan Elly sehari-hari seperti tissue, minyak angin, dll. Tak seperti biasanya, pagi itu Elly melarang ibunya untuk membeli keperluan tersebut
“Bu, aku gak perlu lagi barang-barang itu..!” ujarnya dengan logat Palembang yang kental. Sesaat kemudian, Elly minta agar ibunya mendekat. Setelah ibunya mendekat, Elly pun menarik leher ibunya sekuat tenaga yang tersisa. Setelah menciumi ibunya berulang kali, Elly pun melepaskan ciuman itu dengan tersenyum dan memejamkan mata. Tak disangka, ternyata Elly sudah tak bernyawa lagi. Elly menyusul jejak suaminya enam bulan lalu, menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Sabtu pagi tanggal 06 November 2010 pukul 10.00 WIB, Elly meneruskan perjalanan ke alam barzah, dengan meninggalkan dua orang anak yang kini berstatus yatim piatu.
Kira-kira jam 11.30 malam, kedua anak Elly (Fikri dan Dinda) baru tiba di Jakarta. Kesedihan pun memuncak. Kedua anak-anak Elly datang hanya dapat melihat jasad ibunya yang terbujur siap diantar ke makam.
Tak bisa dilukiskan dengan tulisan atau kata-kata, betapa kesedihan Fikri dan Dinda. Hanya bisa dilukiskan dengan linangan air mata yang deras mengalir. Kedua anak yatim piatu yang masih butuh kasih saying kedua orang tua itu hanya bisa mengantar perjalanan ibunya dengan shalat dan doa.
Usai pemakaman, Fikri dan Dinda yang masih berduka cita, masih harus berduka lagi memikirkan biaya sekolah di masa mendatang. Belum lagi warisan hutang dari ibunya sebesar empat puluh empat juta dua ratus tigabelas ribu tujuh ratus enam puluh empat rupiah (Rp 44.213.764,-) kepada rumah sakit yang harus dicicil. Alhamdulillah, dalam sebulan, biaya ini sudah terselesaikan berkat kemurahan para muhsinin yang peduli dan keringanan dari rumah sakit Dharmais.
Kini, tinggal hutang kepada Ibu Hindun sebesar 45 juta di Palembang. Fikri dan Dinda tak bisa berharap keringanan seperti yang dilakukan kepada pihak rumah sakit beberapa waktu lalu.
Berharap dari bantuan pamannya, Eros pun sulit. Hanya dari penghasilan yang tak menentu, mustahil bisa menutup kebutuhan biaya sebanyak itu dalam waktu singkat.
Melalui tulisan ini, keluarga anak yatim piatu Fikri dan Dinda berharap agar kaum muslimin dan aghniya terketuk hatinya untuk membantu meringankan beban mereka.
Rasulullah SAW bersabda:
“Aku dan pengasuh anak yatim kelak di surga seperti dua jari ini” (HR. Bukhari). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah dan merapatkan keduanya.
“Sebaik-baik rumah kaum muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk” (HR. Ibnu Majah).
Akhir kata kami ucapkan beribu-ribu terima kasih, semoga Allah membalas dengan melipatgandakan kebaikan. Aamiin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
(Eros, kakak kandung Elly Mariati, pamannya Fikri dan Dinda)
Catatan redaksi:
- Pembaca yang berkenan membantu dan memerlukan informasi lebih lanjut bisa menghubungi redaksi voa-islam.com (0817.702050) atau kepada keluarganya ke nomor HP: 0878.8651.3321.
- Bantuan bisa langsung mengirim via rekening milik almarhumah: BCA an. Elly Mariati no rek. 7020.180.514 atau Bank Mandiri an. Elly Mariati no rek. 155.000.221.9346 melalui redaktur voa-islam.com.
0 comments:
Posting Komentar