Kebijaksanaan yang mengatakan tindakan 'teror' di dunia Arab oleh al-Qaeda, hanyalah sebuah manipulasi yang sengaja diciptakan. Para penguasa Arab yang sudah menjadi alat Barat, melemparkan tuduhan terhadap Al-Qaidah yang disertai dengan tuduhan-tuduhan tidak berdasar.
Siapakah yang lebih kejam? Teror Al-Qaidah atau teror para penguasa Arab? Hakikatnya al-Qaidah yang tumbuh sekarang ini, sebuah gerakan yang ingin membebaskan negeri-negeri Muslim dari penjajahan Barat.
Rezim diktator di negara-negara Arab, seperti Tunisia, Aljazair, Mesir, Saudi Arabia dan sejumlah negara Arab lainnya telah mempersenjatai dan melatih aparat keamanan mereka bukan untuk melawan Osama bin Laden semata. Tetapi, aparat yang mereka latih dan persenjatai itu, hanya bertujuan untuk menghancurkan rakyat mereka yang ingin menegakkan Islam, dan melawan pengaruh dan para pendukung Barat di negara mereka. Para penentang Barat itulah yang menjadi target para penguasa Arab, dan mereka tuduh sebagai kelompok teroris.
Tindakan yang mereka lakukan dengan tidak sadar, sesungguhnya mereka telah melakukan teror terhadap rakyat mereka sendiri dengan mengatas namakan memerangi 'bin Laden dalam'. Teror yang sekarang terjadi di dunia Arab, yang membuat termarginalisasikannya (terpinggirkannya) jutaan pemuda berpendidikan di wilayah ini.
Sekarang angin ketidakpastian bertiup kencang di Afrika Utara, mulai dari Maghribi, yang dapat mengancam seluruh rejim diktator di Dunia Arab. Gerakan yang terjadi di Tunisia akan memberikan ilham dan inspirasi bagi jutaan pemuda terdidik di Dunia Arab, yang sekarang kehilangan kesempatan dan tidak memiliki masa depan, karena danya penguasa yang sekuler dan menjadi kaki tangan Barat.
Para penguasa Arab yang despotik itu, mereka hanya bisa melagukan dan menyanyikan lagu yang dinyanyikan para 'Tuan' mereka, mulai dari George Bush, Tony Blair, Sarkozy, sampai Barack Obama, yaitu 'teroris'. Inilah alat yang paling ampuh, yang sekarang digunakan menghancurkan rakyat mereka, yang sudah muak melihat rezim-rezim despotik, yang korup dan tamak.
Siapa Teroris?
Para ulama Islam yang 'radikal' dan para pengikutnya mendapatkan gelar sebagai ancaman keamanan nasional. Termasuk bin Laden menjadi sebuah sosok dan monster yang begitu manakutkan dan mengancam kehidupan. Bandingkan dengan Presiden Amerika George W.Bush yang telah mengubah Iraq dan Afghanistan menjadi tempat ladang pembantaian, yang mengakibatkan jutaan orang menjadi korban.
Apalagi sesudah terjadinya peristiwa 9 / 11, di mana peristiwa itu dialamatkan kepada Al-Qaidah dan bin Ladin, semua pemimpin Arab telah meneriakan bahaya dan ancaman terorisme, kelompok radikal, serta ektrimisme, yang harus dihadapi oleh semua para pemimpin Arab, yang menjadi sekutu Barat. Banyak tokoh, ulama, dan aktivis dari Timur Tengah, yang ditangkap dan dikirim ke kamp Teluk Guantanamo, hanyalah puncak gunung es.
Militer, polisi, dan intelijen, dan sejumlah pakar yang ahli dibidang kontra terorisme, dan dengan peralatan yang super canggih, dana yang tanpa batas, dikirim ke Aljazair, Libia, Maroko, semuanya diarahkan melawan orang-orang yang 'berjenggot, salafi radikal' yang menjadikan Osama bin Laden, sebagai 'nabi' mereka. Tapi, kisah tentang bin Ladin diciptakan Barat yang dicekokkan kepada para penguasa Dunia Arab, sebaliknya justru menciptakan para lapisan kelas menengah terdidik yang lebih mencintai agama mereka (Islam).
Sekarang Barat dan penguasa Arab mengalami paranoid terhadap karya Tafsir Fii Dzilalil Qur'an, yang ditulis di dalam penjara militer oleh ideolog Ikhwan, yaitu Sayyid Quthb - yang dianggap sangat berpengaruh munculnya gerakan radikal, yang menyebabkan terjadinya peristiwa 9 / 11. Meskipun, Sayyid Qutb sudah mati ditiang gantungan, tahun1966 oleh rezim Gamal Abdul Naser.
Para pakar keamanan Barat masih memasukkan bukunya Qutb Fi Dzillal sebagai bagian dari ancaman masa depan. Karena sebagai sumber motivasi bangkitnya semangat kalangan muda Arab melawan penjajahan Barat. Para pakar Barat, tidak lagi, memerlukan membaca buku Das Kapital, yang dikarang Karl Marx, karena Komunisme telah berakhir, sebagai sebuah ideologi. Tetapi, Islam yang akan menjadi ancaman peradaban materiliasme.
Sekarang menyeruak mulai dari Tunisia,Maroko, dan Aljazair, wilayah Maghreb, terus menjalar ke Yordania, Mesir sampai ke negara Arab Teluk, muncul gerakan yang dimotori oleh orang-orang muda yang miskin, yang menjadi teror yang lebih riil bagi para penguasa Arab. Seperti, seorang pemuda yang tidak mampu menikah, karena mereka miskin, dan ini menjadi akumulatif. Ini merupakan produk dari teror marginalisasi yang dilakukan oleh penguasa, yang berhasil memiskinkan rakyat, sembari terus menyebarkan isu tentang Al-Qaidah dan bin Ladin.
Pasukan-pasukan 'khobzistes' (para pemuda penganggur dari Maghrib, Afrika Utarab) - sekarang berbaris panjang untuk mendapatkan roti di jalanan, terutama di daerah yang kumuh di Algiers, Kasserine, dan besok mungkin di Amman, Rabat, San'aa, Ramallah, Cairo dan Beirut selatan - mereka mengantri untuk mendapatkan roti, sebagai pengganjal perut mereka.
Tetapi, para penguasa Arab melawan pengangguran dengan teror dan bedil, yang menyebabkan rakyat mereka menjadi termarginalisasikandan mati. Semantara para penguasa bergelimang harta di istana-istana mereka yang sangat megah dan mewah.
Orang-orang miskin di kota-kota Aljir, Rabat, Tunis, Cairo, Amman, dan Rammalah, bagai jerami kering yang terbakar, pada saatnya akan membakar para pengusa Arab, dan tidak satupun para penguasa Arab yang dapat selamat. Nasib mereka akan seperti El Abidin yang tunggang langgang meninggalkan Tunisia berseta keluarganya.
Terorisme yang digembar-gemborkan oleh Barat itu, kenyataannya hanyalah rekaan palsu, yang sudah kehilangan momentumnya di dunia Arab, dan yang ada sekarang rakyat di dunia Arab menghadapi kemiskinan, yang mendera mereka, akibat penguasa yang sangat kejam.mh.
Sumber : Eramuslim.com
0 comments:
Posting Komentar