27 Nov 2011

Umar Ibn Khattab ~ Sahabat dan Khalifah Kedua (13H - 23 H)


Umar ibn Khattab memeluk Islam pada tahun ke 6 kenabian ketika berumur 27 tahun. Tindakannnya ini mengemparkan masyarakat Quraisy dan memberi berita gembira kepada umat Islam bahwa Islam akan menjadi kuat. Setelah masuk Islam, Rasulullah SAW memberikan gelar "Al-Faruq" karena dapat membedakan antara hal yang benar dan bathil. Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu selalu ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani shalat secara terang-terangan di Baitullah khususnya setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah karena takut kepada Umar. Saat beliau menjadi khalifah, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Umar bin Khattab bin Nafiel bin Abdul Uzza atau lebih dikenal dengan Umar bin Khattab. Umar dilahirkan di kota Mekkah dari suku Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy, suku terbesar di kota Mekkah saat itu. Ayahnya bernama Khattab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Keluarga Umar tergolong dalam keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis, yang pada masa itu merupakan sesuatu yang langka. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Sebelum memeluk Islam, Umar adalah orang yang sangat disegani dan dihormati oleh penduduk Mekkah, sebagaimana tradisi yang dijalankan oleh kaum jahiliyah Mekkah saat itu, Umar juga mengubur putrinya hidup-hidup sebagai bagian dari pelaksanaan adat Mekkah yang masih barbar. Setelah memeluk Islam di bawah Muhammad, Umar dikabarkan menyesali perbuatannya dan menyadari kebodohannya saat itu sebagaimana diriwayatkan dalam satu hadits "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku".

Umar juga dikenal sebagai seorang peminum berat, beberapa catatan mengatakan bahwa pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur. Setelah menjadi seorang Muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali, meskipun belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Saat sebelum memeluk Islam, beliau juga merupakan duta untuk kaumnya terutama untuk mengadakan negosiasi antara kabilah yang bermusuhan. Beliau salah seorang yang dijamin surga oleh Rasulullah SAW.

Sifat pribadi Umar

Ubaidullah bin Umar menceritakan bahwa suatu hari para sahabat melihat Umar memikul tempat air di bahunya. Lalu mereka bertanya: "Wahai Amirul Mukminin! Mengapa tuan sendiri yang memikul air ini?" Jawab Umar: "Saya merasakan bahwa diri saya telah takabur, lalu saya mengangkat air ini untuk menundukkannya"

Kata Aslam beberapa orang berbicara dengan Abdurrahman bin Auf. Kata mereka: "Umar telah menimbulkan rasa takut kami sehingga mata kami tidak berani bertentangan mata dengannya". Hal ini diadukan oleh Abdurrahman bin Auf. Lalu Umar berkata: "Benarkah mereka mengatakan demikian?" "Demi Allah, saya telah mencoba melunakkannya, sehingga lantaran lunak saya itu saya takut dimarahi Allah. Saya mencoba pula dengan sikap keras sehingga saya takut Allah marah kepada saya. Bagaimana lagi? Bagaimana nasib saya yang berbeda dengan mereka?"

Diriwayatkan oleh Umar bin Murrah bahwa seorang pria bertemu dengan Umar dan berkata: "Bersikap lunaklah kepada kami, sebab kami sangat gentar melihatmu!" Umar menjawab: "Apakah saya berbuat sesuatu yang zhalim?" Jawab pria itu: "Tidak" Kata Umar lagi: "Kalau begitu, biarlah Allah menambahkan rasa takut dalam hatimu terhadapku"

Menurut Barrak bin Makrur: "Pada suatu hari Umar naik ke mimbar untuk memberikan tazkirah, tiba-tiba dia merasa sakit. Menurut para jamaah, obatnya adalah madu dan di Baitulmal banyak tersimpan madu" Kata beliau: "Kalau tuan-tuan izinkan, saya akan gunakan, tetapi kalau tidak diizinkan haram atas saya mengambilnya.

keluarga

Umar menikah dengan total sembilan perempuan dalam hidupnya dan memiliki empat belas anak, sepuluh putra dan empat putri. Rincian adalah sebagai berikut:
Istri: Zainab binti Mazh'un (pada saat jahiliyah [Hari Ketidaktahuan])
Anak: Abdullah bin Umar
Anak: Abdulrahman bin Umar (The Lama)
Anak: Abdulrahman bin Umar
Putri: Hafsah binti Umar
Anak: Zaid bin 'Umar [55]

Istri: Abi Umayyah binti Quraybah al-Makhzumi (bercerai, menikah dengan Abdulrehman bin Abu Bakar)

Istri: Umm Hakim binti al-Harits bin Hisyam (setelah suaminya, mantan sekutu 'Umar dan pendamping Ikrimah bin Abi Jahl-tewas dalam Pertempuran Yarmouk, kemudian bercerai tetapi al-Madaini mengatakan ia tidak menceraikannya)
Putri: Fathimah binti 'Umar

Istri: Jamilah binti Ashim bin Tsabit bin Abi al-Aqlah (dari suku Aws)
Anak: Asim bin Umar

Istri: Atikah binti Zaid bin Amr bin Nifayl (sepupu dari Umar dan mantan istri Abdullah bin Abu Bakar menikah 'Umar dalam dua belas tahun dan setelah AH Umar dibunuh, dia menikah dengan az-Zubair bin al-Awwam)
Anak: Iyaad bin Umar

Istri: Luhyah (seorang wanita dari Yaman (Yaman) siapa yang status kawin dengan 'Umar diperselisihkan, al-Waqidi mengatakan bahwa dia adalah Umm Walad, berarti seorang budak wanita)
Anak: Abdulrahman bin Umar (yang Abdulrehman termuda sementara beberapa mengatakan Abdulrehman menengah dari Luhyah)

Istri: Fukayhah (sebagai Ummu Walad)
Putri: Zainab binti Umar (anak terkecil dari 'Umar dari Fukayhah)

Istri: Ummu Kultsum binti Ali
Anak: Zaid bin Umar
Putri: roqayya binti Umar
Anak lain, az-Zubair bin Bakkar, disebut Abu Shahmah, meskipun dari yang tidak diketahui istrinya.

Keislaman Umar

Beliau memeluk Islam pada tahun ke 6 kenabian ketika berumur 27 tahun. tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Tindakannnya ini mengemparkan masyarakat Quraisy dan memberi berita gembira kepada umat Islam bahwa Islam akan menjadi kuat.

Rasulullah SAW pernah berdoa; "Ya Allah kuatkan Islam dengan Umar Al-Khatab atau Abu Jahal b. Hisyam" Hadtih riwayat At-Thabarani

Dalam sebuah hadits lain yang diriwayatkan oleh At-Thabarani bahwa Rasulullah SAW juga pernah berdoa: "Ya Allah kuatkan Islam dengan Umar Al-Khatab"

Pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.

Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."

Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?" Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.

Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.

Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."

Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."

Sebuah hadits dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah bahwa Rasulullah SAW berkata: "Bila Umar masuk Islam, Jibrilpun datang dan berkata:" Ya Muhammad, sesungguhnya seluruh makhluk langit bergembira dengan islamnya Umar "

Setelah masuk Islam, Rasulullah SAW memberi gelar Al-Faruq karena dapat membedakan antara hal yang benar dan bathil. Ketika ditanya oleh para sahabat bagaimana dia mendapat gelar tersebut, Umar menjawab: "Pada suatu hari, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW:" Ya Rasulullah, apakah kita dalam kebenaran? "

Jawab Rasulullah SAW: "Benar"

Aku berkata lagi: "Mengapa kita beribadah secara sembunyi?"

Kemudian kami masuk ke Masjidil Haram membuat dua syaf, satu saya dan satu lagi Saidina Hamzah (berjamaah). Maka semua orang KAFFIR Quraisy melihat ke arah kami berdua dengan perasaan yang sangat marah yang tidak pernah mereka terjadi sebelum ini, lalu Rasulullah SAW menyebut aku Al-Faruq!

Dengan islamnya Umar, maka umat Islam yang sebelum itu selalu ketakutan menjadi kuat. Mereka telah berani shalat secara terang-terangan di Baitullah khususnya setelah peristiwa di atas. Di samping itu juga, orang Quraisy juga tidak berani menganggu orang Islam yang sedang beribadah karena takut kepada Umar.

Pendapat Sahabat tentang Umar bin Khattab

Peristiwa yang menarik perhatian kafir Quraisy Makkah adalah ketika Umar Al-Khattab mengambil langkah untuk berhijrah secara terang-terangan, berbeda dengan pendirian para sahabat yang lain yang terpaksa hijrah secara rahasia.

Umar Al-Khattab terkenal sebagai seorang yang berani saat kafir dan bertambah berani sesudah beriman. Pada detik-detik terakhir sebelum meninggalkan kota Makkah untuk berhijrah ke Madinah, Ali RA yang menyaksikan peristiwa tersebut, meriwayatkan: Setelah Umar memutuskan untuk berhijrah, beliau mengambil sebilah pedang disandang di sisi pinggangnya, kemudian dicapainya busar panah lalu disangkut bahunya, sebatang anak panah tergenggam ditangannya dan melangkahkan kaki menuju ke Kaa'bah. Ketika itu tokoh-tokoh Quraisy sedang bersantai di sisi Ka'bah menyaksikan kehadiran Umar.

Umar melakukan thawaf tujuh kali dengan penuh semangat tetapi tenang, tanpa menghiraukan tokoh-tokoh kafir Quraisy yang memperhatikannya. Setelah selesai melakukan tawaf, beliau menuju ke Maqam Ibrahim dan mendirikan shalat.

Selesai shalat, Umar berdiri di sisi Maqam Ibrahim sambil mengeluarkan kata-kata yang keras dan pedas terhadap kelompok kuffar Quraisy. kata Umar: "Sesungguhnya Allah SWT tidak akan membinasakan wajah manusia di dunia ini, kecuali wajah suku-suku jahannam yang memusuhi agama Allah."

Kata Umar lagi: "Barangsiapa yang sanggup membuat ibunya sendirian karena kematian anak, menempatkan anak-anak mereka menjadi yatim piatu karena kematian ayah, sanggup membuat istri kesayangannya menjadi janda karena kematian suami, marilah kita adu senjata di balik bukit ini."

Tantangan Umar terhadap tokoh-tokoh Quraisy yang menyaksikan kehadiran Umar dengan pedang terhunus itu, ternyata menimbulkan efek ketakutan di dalam hati mereka. Pertama kali mereka mendengar tantangan yang begitu hebat dari Umar, mereka tertegun tanpa seorangpun yang berani menyahut tantangan Umar berlawan senjata.

Dari sudut psikologi, cara Umar menantang suku Quraisy dengan gaya seorang pahlawan yang siap untuk mati, menjadikan suku Quraisy lemah. Mereka membisu tanpa reaksi, sekalipun Umar mengutuk mereka sebagai kelompok yang bakal dibinasakan Allah SWT. Dalam kondisi suku Quraisy lemah, Umar mengajaknya adu senjata.

Ali r.a. yang juga mendengar kata-kata Umar itu berkata: Sesudah itu Umar melangkahkan kaki meninggalkan kota Makkah dengan tenang, tanpa dilacak oleh suku-suku Quraisy. Namun peristiwa itu memberi seribu rahmat kepada kaum muslimin yang letih lesu, dari kalangan orang-orang tua, orang-orang sakit yang tidak mampu meninggalkan kota Makkah tanpa teman. Mereka semua mengambil kesempatan untuk hijrah ke Madinah bersama Umar Al-Khattab, dengan aman tanpa gangguan.

Menyusul dari peristiwa itu, maka kaum muslimin Makkah telah menyahut seruan hijrah. Sehingga tidak lagi para pendukung Nabi s.a.w. yang tinggal di Makkah, kecuali Nabi saw, Abu Bakar As-Siddiq. Ali bin Abi Thalib, selain itu orang-orang yang sakit, mereka yang tidak kendaraan dan kemampuan berhijrah dan mereka yang dikenakan tahanan oleh pihak Quraisy, akibat tindakan mereka menyahut seruan Islam.

Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum “khamr” (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.

Hadits tentang Umar

  1. Saat tidur, aku bermimpi bahwa aku berada dalam surga. aku lihat seorang perempuan sedang berwudhu dekat istana. Aku bertanya untuk siapa istana ini. Katanya: Untuk Umar "Hadist riwayat Shiekhaini (Bukhari dan Muslim)
  2. Sesungguhnya Allah menjadikan lidah dan hati Umar itu pada kebenaran. Hadits riwayat At-Turmizi
  3. Jika setelah aku ada nabi, sudah pasti Umarlah orangnya. Hadits riwayat At-Turmizi
  4. Sesungguhnya aku melihat setan-setan dari kalangan jin dan manusia lari lintang pukang dari Umar. Hadits riwayat At-Turmizi
  5. Umar cahaya untuk penduduk surga.
  6. Semua malaikat di langit menyayangi Umar dan semua setan di dunia lari dari Umar
  7. Sesungguhnya ada seseorang di antara umat sebelum kamu yang menjadi sebutan ramai (karena kebaikannya), jika hal ini terjadi dalam umat Islam, sudah tentu Umarlah orangnya. Hadits riwayat Bukhari.
  8. Tidak ada sesuatu hal yang dikatakan oleh orang banyak dan kemudian dikatakan oleh Umar, niscaya turunlah al-Quran sebagaimana yang dilafazkan oleh mulut Umar. (Kata-kata Abdullah bin Umar).

Umar Sebagai Orang Yang Pertama


1. Pertama digelar Amirul Mukminin
2. Pertama menggunakan Hijrah sebagai kalender Islam
3. Pertama mengenakan pukulan 80 kali ke atas peminum arak
4. Pertama mengharamkan nikah mut'ah
5. Pertama mewajibkan zakat atas kuda
6. Pertama mendirikan departemen-departemen
7. Pertama sunatkan Qiyyam Ramadhan
8. Pertama mengarahkan shalat Jenazah berjamaah dengan 4 takbir
9. Pertama memperkenalkan Al-'Aul dalam masalah Faraid (harta pusaka)

Umar Dan Al-Quran


Umar Al-Khattab memiliki pemikiran yang sangat hebat. Beberapa pendapatnya merupakan sebab turunnya al-Quran. Di antara ayat-ayat al-Quran yang diturunkan sempena pendapat beliau adalah:

1) Kisah tawanan Badar - ayat 28 Surah Al-Anfal
2) Ayat Menjadikan Maqam Ibrahim sebagai tempat shalat - Ayat 125 Surah Al-Baqarah
3) Ayat Hijab - Ayat 53 Surah Al-Ahzab
4) Ayat tentang asal-usul kejadian manusia - Ayat 12 Surah Al-Mukminun
5) Ayat tentang arak - Ayat 219 Surah Al-Baqarah dan Ayat 43 Surah An-Nisa '
6) Ayat Larangan Mensolati Jenazah Orang Munafiq - Ayat 84 Surah At Taubah
7) Kisah orang Munafiq - Ayat 6 Surat Al-Munafiqun
8) Ayat 5 Surat Al-Anfal
9) Ayat 16 Surah An-Nur
10) Ayat tentang penghalalan jima 'di malam bulan Ramadhan - Ayat 187 Surah Al-Baqarah
11) Ayat 97 Surah Al-Baqarah
12) Ayat 65 Surah An-Nisa '
13) ayat 13 Surah Al-Waqiah

Umar dan Penyusunan Mushaf Al-Quran

Perang Yamamah yang terjadi pada tahun 12 H melibatkan sejumlah besar sahabat yang hafal Al-Qur’an. Dalam peperangan ini tujuh puluh qari’ (penghafal Al-Qur’an) dari para sahabat gugur. Umar bin Khatab ra. merasa sangat kuatir melihat kenyataan ini, lalu ia menghadap Abu Bakar ra. dan mengajukan usul kepadanya agar mengumpulkan dan membukukan Al-Qur’an karena dikhawatirkan akan musnah, sebab peperangan Yamamah telah banyak membunuh para qari’.

Di segi lain Umar merasa khawatir juga kalau-kalau peperangan di tempat-tempat lain akan membunuh banyak qari’ pula, sehingga Al-Qur’an akan hilang dan musnah, awalnya Abu Bakar ra. menolak usulan itu dan berkeberatan melakukan apa yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah. Tetapi Umar ra. tetap membujuknya, sehingga Allah membukakan hati Abu Bakar ra. untuk menerima usulan tersebut, kemudian Abu Bakar ra. memerintahkan Zaid bin Sabit ra, mengingat kedudukannya dalam masalah qiraat, kemampuan dalam masalah penulisan, pemahaman dan kecerdasannya, serta kehadirannya pada pembacaan yang terakhir kali. Abu Bakar ra. menceritakan kepadanya kekhawatiran dan usulan Umar. Pada mulanya Zaid ra. menolak seperti halnya Abu Bakar ra. sebelum itu. Keduanya lalu bertukar pendapat, sampai akhirnya Zaid ra. dapat menerima dengan lapang dada perintah penulisan Al-Qur’an itu.

Zaid ra. melalui tugasnya yang berat ini dengan bersandar pada hafalan yang ada dalam hati para qari’ dan catatan yang ada pada para penulis. Kemudian lembaran-lembaran (kumpulan) itu disimpan di tangan Abu Bakar ra. Zaid ra. berkata,”Abu Bakar ra. memanggilku untuk menyampaikan berita mengenai korban perang Yamamah. Ternyata Umar sudah ada disana. Abu Bakar berkata: ‘Umar telah datang kepadaku dan mengatakan bahwa perang yamamah telah menelan banyak korban dari kalangan penghafal Al-Qur’an dan ia khawatir kalau-kalau terbunuhnya para penghafal Al-Qur’an itu juga akan terjadi di tempat-tempat lain, sehingga sebagain besar Al-Qur’an akan musnah. Ia menganjurkan agar aku memerintahkan seseorang untuk mengumpulkan Al-Qur’an. Maka aku katakan kepadanya,”Bagaimana mungkin kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?.” Tetapi Umar menjawab dan bersumpah,”Demi Allah, perbuatan tersebut baik.” Ia terus menerus membujukku sehingga Allah membukakan hatiku untuk menerima usulannya, dan akhirnya aku sependapat dengan Umar.”

Zaid ra. berkata lagi,”Abu Bakar berkata kepadaku,”Engkau seorang pemuda yang cerdas dan kami tidak meragukan kemampuanmu. Engkau telah menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Oleh karena itu carilah Al-Qur’an dan kumpulkanlah.”

“Demi Allah”, Kata Zaid lebih lanjut”, “Sekiranya mereka memintaku untuk memindahkan gunung, rasanya tidak lebih berat bagiku dari pada perintah mengumpulkan Al-Qur’an. Karena itu aku menjawab,”Mengapa anda berdua ingin melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah?.”

Abu Bakar menjawab,”Demi Allah itu baik.” Abu Bakar tetap membujukku sehingga Allah membukakan hatiku sebagaimana ia telah membukakan hati Abu Bakar ra. dan Umar ra. Maka aku pun mulai mencari Al-Qur’an. Kukumpulkan ia dari pelepah kurma, dari keping-kepingan batu dan dari hafalan para penghafal, sampai akhirnya aku mendapatkan akhir surah At-Taubah berada pada Abu Huzaimah Al-Anshari, yang tidak kudapatkan pada orang lain, yang berbunyi Sesungguhya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri… hingga akhir surah.

Lembaran-lembaran (hasil kerjaku) tersebut kemudian disimpan ditangan Abu Bakar ra. hingga wafatnya. Sesudah itu berpindah ke tangan Umar ra. sewaktu masih hidup dan selanjutnya berada di tangan Hafsah binti Umar ra.

Zaid bin Sabit ra. bertindak sangat teliti dan hati-hati. Ia tidak mencukupkan pada hafalan semata tanpa disertai dengan tulisan. Kata-kata Zaid dalam keterangan di atas,”Dan aku dapatkan akhir surah At-Taubah pada Abu Khuzaimah Al-Anshari yang tidak aku dapatkan pada orang lain”, tidaklah menghilangkan arti keberhati-hatian tersebut dan tidak pula berari bahwa akhir surah At-Taubah itu tidak mutawatir. Tetapi yang dimaksud ialah bahwa ia tidak mendapat akhir surah Taubah tersebut dalam keadaan tertulis selain pada Abu Khuzaimah. Sedangkan Zaid sendiri hafal dan demikian pula banyak diantara para sahabat yang menghafalnya.

Perkataan itu lahir karena Zaid berpegang pada hafalan dan tulisan, jadi akhir surah Taubah itu telah dihafal oleh banyak sahabat. Dan mereka menyaksikan ayat tersebut dicatat. Tetapi catatannya hanya terdapat pada Abu Khuzaimah al-Ansari.

Ibn Abu Daud meriwayatkan melalui Yahya bin Abdurrahman bin Hatib, yang mengatakan,”Umar datang lalu berkata,”Barang siapa menerima dari Rasulullah SAW sesuatu dari Al-Qur’an, hendaklah ia menyampaikannya.”

Mereka menuliskan Al-Qur’an itu pada lembaran kertas, papan kayu dan pelepah kurma. Dan Zaid ra. tidak mau menerima dari seseorang sebelum disaksikan oleh dua orang saksi. Ini menunjukkan bahwa Zaid ra. tidak merasa puas hanya dengan adanya tulisan semata sebelum tulisan itu disaksikan oleh orang yang menerimanya secara pendengaran langsung dari Rasulullah SAW, sekalipun Zaid ra. sendiri hafal. Beliau bersikap demikian ini karena sangat berhati-hati.

Dan diriwayatkan pula oleh Ibn Abu Daud melalui Hisyam bin Urwah, dari ayahnya, bahwa Abu Bakar berkata pada Umar dan Zaid, “Duduklah kamu berdua di pintu masjid. Bila ada yang datang kepadamu membawa dua orang saksi atas sesuatu dari kitab Allah, maka tulislah.”

Para perawi hadis ini orang-orang terpercaya, sekalipun hadits tersebut munqati,(terputus). Ibn Hajar mengatakan, “Yang dimaksudkan dengan dua orang saksi adalah hafalan dan catatan.”

As-Sakhawi menyebutkan dalam kitab Jamalul Qurra’, yang dimaksdukan ialah kedua saksi itu menyaksikan bahwa catatan itu ditulis dihadapan Rasulullah. Atau dua orang saksi itu menyaksikan bahwa catatan tadi sesuai dengan salah satu cara yang dengan itu Al-Qur’an diturunkan.

Abu Syamah berkata,”Maksud mereka adalah agar Zaid tidak menuliskan Al-Qur’an kecuali diambil dari sumber asli yang dicatat dihadapan Nabi, bukan semata-mata dari hafalan. Oleh sebab itu Zaid berkata tentang akhir surah At-Taubah,”Aku tidak mendapatkannya pada orang lain”, sebab ia tidak menganggap cukup hanya didasarkan pada hafalan tanpa adanya catatan.”

Kita sudah mengetahui bahwa Qur’an sudah tercatat sebelum masa itu, yaitu pada masa Nabi. Tetapi masih berserakan pada kulit-kulit, tulang dan pelepah kurma. Kemudian Abu Bakar memerintahkan agar catatan-catatan tersebut dikumpulkan dalam satu mushaf, dengan ayat-ayat dan surah-surah yang tersusun serta dituliskan dengan sangat berhati-hati dan mencakup tujuh huruf yang dengan itu Qur’an diturunkan. Dengan demikian Abu Bakar adalah orang pertama yang mengumpulkan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan cara seperti ini, disamping terdapat pula mushaf-mushaf pribadi pada sebagian sahabat, seperti mushaf Ali ra, Ubai dan Ibn Mas’ud ra. Tetapi mushaf-mushaf itu tidak ditulis dengan cara-cara diatas dan tidak pula dikerjakan dengan penuh ketelitian dan kecermatan. Juga tidak dihimpun secara tertib yang hanya memuat ayat-ayat yang bacaannya tidak dimansuk dan secara ijma’ sebagaimana mushaf Abu Bakar.

Keistimewaan-keistimewaan ini hanya ada pada himpunan Al-Qur’an yang dikerjakan Abu Bakar. Para ulama berpendapat bahwa penamaan Al-Qur’an dengan ‘mushaf’ itu baru muncul sejak saat itu, yaitu saat Abu Bakar mengumpulkan Al-Qur’an. Ali ra. berkata,”Orang yang paling besar pahalanya dalam hal mushaf ialah Abu Bakar ra. Semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya kepada Abu Bakar ra. Dialah orang yang pertama mengumpulkan kitab Allah.”

Peristiwa Tsaqifah Bani Sa’idah

Memang diakui oleh seluruh sejarawan bahwa Rasulullah yang wafat tahun 11 H, tidak meninggalkan wasiat tentang orang yang akan menggantikannya. Oleh karena itu, setelah rasulullah SAW wafat para sahabat segera berkumpul untuk bermusyawarah di suatu tempat yaitu Tsaqifah Bani Sa’idah guna memilih pengganti Rasulullah (Khalifah) memimpin ummat Islam. Musyawarah itu secara spontanitas diprakarsai oleh kaum Anshor. Sikap mereka itu menunjukkan bahwa mereka lebih memiliki kesadaran politik dari pada yang lain, dalam memikirkan siapa pengganti Rasulullah dalam memimpin umat Islam.

Dalam pertemuan itu mereka mengalami kesulitan bahkan hampir terjadi perpecahan
diantara golongan, karena masing-masing kaum mengajukan calon pemimpin dari
golongannya sendiri-sendiri. Pihak Anshar mencalonkan Sa’ad bin Ubaidah, dengan alasan mereka yang menolong Nabi ketika keadaan di Makkah genting. Kaum Muhajirin menginginkan supaya pengganti Nabi SAW dipilih dari kelompok mereka, sebab muhajirinlah yang telah merasakan pahit getirnya perjuangan dalam Islam sejak awal mula Islam. Sedang dipihak lain terdapat sekelompok orang yang menghendaki Ali Bin Abi Thalib, karena jasa-jasa dan kedudukannya selaku menantu Rasulullah SAW. Hingga peristiwa tersebut diketahui Umar. Ia kemudian pergi ke kediaman nabi dan mengutus seseorang untuk menemui Abu Bakar. Kemudian keduanya berangkat dan diperjalanan bertemu dengan Ubaidah bin Jarroh. Setibanya di balai Bani Sa’idah, mereka mendapatkan dua golongan besar kaum Anshor dan Muhajirin bersitegang.

Dengan tenang Abu Bakar berdiri di tengah-tengah mereka, kemudian berpidato yang isinya merinci kembali jasa kaum Anshor bagi tujuan Islam. Disisi lain ia menekankan pula anugrah dari Allah yang memberi keistimewaan kepada kaum Muhajirin yang telah mengikuti Muhammad sebagai Nabi dan menerima Islam lebih awal dan rela hidup menderita bersama Nabi. Tetapi pidato Abu Bakar itu tidak dapat meredam situasi yang sedang tegang. Kedua kelompok masih tetap pada pendiriannya. Kemudian Abu Ubaidah mengajak kaum Anshor agar bersikap toleransi, begitu juga Basyir bin Sa’ad dari Khazraj (Anshor) agar kita tidak memperpanjang perselisihan ini. Akhirnya situasi dapat sedikit terkendali.

Disela-sela ketegangan itu kaum Anshor masih menyarankan bahwa harus ada dua kelompok. Hal itu berarti kepecahan kesatuan Islam, akhirnya dengan resiko apapun Abu Bakar tampil ke depan dan berkata “Saya akan menyetujui salah seorang yang kalian pilih diantara kedua orang ini” yakni tidak bisa lebih mengutamakan kami sendiri dari pada anda dalam hal ini”, situasi menjadi lebih kacau lagi, kemudian Umar berbicara untuk mendukung Abu Bakar dan mengangkat setia kepadanya.

Dia tidak memerlukan waktu lama untuk menyakinkan kaum Anshor dan yang lain, bahwa Abu Bakar adalah orang yang paling patut di Madinah untuk menjadi penerus pertama dari Nabi Muhammad SAW. Sesudah argumentasi demi argumentasi dilontarkan, musyawarah secara bulat menunjuk Abu Bakar untuk menjabat Khalifah dengan gelar “Amirul Mu’minin”.

Dengan semangat Islamiyyah terpilihlah Abu Bakar. Dia adalah orang yang ideal, karena sejak mula pertama Islam diturunkan menjadi pendamping Nabi, dialah sahabat yang paling memahami risalah Rasul. Disamping itu beliau juga pernah menggantikan Rasulullah sebagai imam pada saat Rasulullah sakit.

Setelah mereka sepakat dengan gagasan Umar, sekelompok demi sekelompok maju kedepan dan bersama-sama membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah. Baiat tersebut dinamakan baiat tsaqifah karena bertempat di balai Tsaqifah Bani Sa’idah. Pertemuan politik itu berlagsung hangat, terbuka dan demokratis (Pulungan, 1994:102-105).

Pertemuan politik itu merupakan peristiwa sejarah yang penting bagi umat Islam. Sesuatu yang megikat mereka tetap dalam satu kepemimpinan pemerintahan. Dan terpilihnya Abu Bakar menjadi Khalifah pertama, menjadi dasar terbentuknya sistem pemerintahan Khalifah dalam Islam (Hasjmy,1973 :117).

Khalifah Umar dan Penaklukan

Khalifah Umar bin al Khattab ra memulai masa pemerintahannya dengan serangkaian penaklukaan yang sebelumnya telah dirintis oleh Abu Bakar RA. Umar bin al Khattab RA berhasil menyelesaikan semua tanggung jawab itu dengan amat gemilang. Berkat rahmat Allah ta’ala serta dukungan para negarawan Islam pada saat itu, Umar bin al Khattab berhasil membangun Negara yang amat luas dalam waktu yang relative singkat jika dibandingkan dengan waktu yang sebelumnya dibutuhkan oleh para kaisar dan penguasa untuk meluaskan kekuasaan mereka.

Namun demikian, misi dan cara yang dilakukan oleh khalifah Umar bin al Khattab jauh berbeda dengan tujuan para peguasa tersebut. Umar bin al Khattab ra menegakkan Negara yang dipimpinnya diatas dasar yang kokoh berupa keimanan kepada Allah ta’ala dan penegakan keadilan yang didukung pula oleh rasa cinta yang tulus, akhlak yang baik, dan tradisi Islam yang luhur. Jadi, wajar saja jika sejarah menulis nama Umar bin al Khattab sebagai seorang penakluk paling besar dalam sejarah manusia. Sebab, semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin al Khattab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.

Allah ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Artinya: “Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Qur’an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai.”(QS. at Taubah: 33)

Suatu ketika, datanglah seorang lelaki kepada Umar bin al Khattab dan berkata: “Wahai Amirul Mukminin, bawalah diriku untuk berjihad!” mendengar itu, Umar bin Khattab pun berkata kepada seorang lelaki lain:
“Ajaklah ia masuk ke baitul mal dan biarkan dia mengambil apapun sekehendak hatinya!” maka lelaki itu pun masuk ke baitul mal yang ternyata di dalamnya banyak terdapat emas dan perak, Lelaki itu berkata:
“Aku sama sekali tidak membutuhkan hal ini, yang kubutuhkan hanya bekal dan kuda tunggangan!” maka lelaki itupun dibawa menghadap Umar bin al Khattab.
Setelah dikabari ikhwal ucapan lelaki tersebut, Umar bin al Khattab langsung meminta bawahannya agar memberikan bekal dan kuda tunggangan kepada lelaki tersebut. Lantas Umar bin al Khattab sendiri yang menuntun lelaki itu atas kudanya. Setelah berada di atas kuda, lelaki itu pun melangkahkan kudanya seraya menengadahkan tangan memuji Allah ta’ala atas apa yang dianugerahkan kepadanya. Dan Umar bin al Khattab terus mengikuti lelaki itu sambil berharap agar ia juga di doakan olehnya. Setelah doa itu, dia kembali berdoa dengan berucap: “Ya Allah ta’ala, limpakanlah kebaikan kepada Umar bin al Khattab!”

Itulah khalifah Umar bin al Khattab al Faruq, dia sangat cerdas dan tahu cara memilih orang yang tepat sebagai pasukannya, yang mengutamakan harta dari din Allah ta’ala, Umar bin al Khattab selalu memberikan wasiat terbaik dan menjaga setiap perkara terpuji untuk disampaikan kepada semua panglima peranganya. Ini bertujuan agar mereka terus menghidupkan hakikat keimanan yang selalu ia sampaikan kepada mereka. Suatu ketika Umar bin al Khattab pernah berkata: “Demi dzat yang telah mengutus Muhammad dengan kebenaran, seandainya ada seekor onta saja yang binasa sia-sia di tepian sungai Eufrat, aku khawatir karena hal itu semua keluarga al Khattab di mintai pertanggung jawaban oleh Allah ta’ala.”

Sebelum terjadinya berbagai macam penaklukan Islam, sejarah mencatat berbagai perang yang berkobar dimana-mana yang dilakukan oleh bangsa Sumeria, Babylon, para Firaun, bangsa Yunani, Romawi, Persia, dan bangsa-bangsa lainnya. Setelah masa penaklukan Islam berlalu, sejarah kembali mencatat berkobarnya perang dimana-mana yang dilakukan oleh Jenghis Khan, Hulagu Khan, Timur Leng, dan penjajahan kaum salib sejak zaman pertengahan hingga sekarang ini. Semua peperangan tersebut jelas tidak pernah terjadi melainkan hanya untuk mengejar ambisi jangka pendek dan sebagai bentuk penindasan yang busuk. Semua peperangan itu tentu saja berbeda dengan penaklukan oleh umat Islam yang dilakukan untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan sesama manusia dan mengubahnya menjadi penghambaan kepada Allah
SWT semata.

Penaklukan saat pemerintahan khalifah Umar bin Khattab sesuai urutan tahun:
  • Tahun 14 hijriyah:
    1. Penaklukan Damaskus
    2. Penaklukan Himsh
    3. Penaklukan Baklabakka
    4. Bashrah
    5. Ablah
  • Tahun 15 hijriyah:
    1. Yordania
    2. Thabariyyah
    3. Perang Yarmuk
    4. Perang Qadisiyah
  • Tahun 16 hijriyah:
    1. Penaklukan al Mada’in
    2. Penaklukan al Ahwaz
    3. Perang Jalula’
    4. Pembukaan Baitul Maqdis
    5. Pembukaan Qinnasrin
    6. Pembukaan Saruj
    7. Penaklukan Halb
    8. Penaklukan Anthakiyah
    9. Penaklukan Manbaj
    10. Penaklukan Qarqaisya’
  • Tahun 17 hijriyah:
    1. Penaklukan Ahwaz.
  • Tahun 18 hijriyah:
    1. Penaklukan Jundisabur
    2. Penaklukan Halwan
    3. Penaklukan Raha’
    4. Penaklukan Simsath
    5. Penaklukan Haran Nasibhin
    6. Penaklukan Maosul
  • Tahun 20 hijriyah:
    1. Penaklukan Mesir
    2. Penaklukan Tustar
    3. Pengusiran orang-orang yahudi dari Khaibar dan Najran
  • Tahun 21 hijriyah:
    1. Penaklukan Iskandariyah
    2. Penaklukan Nahawand
    3. Penaklukan Barqah
  • Tahun 22 hijriyah:
    1. Penaklukan Azerbaijan
    2. Penaklukan kota Daynawar
    3. Penaklukan kota Mabdzan
    4. Penaklukan kota Hamdzan
    5. Penaklukan kota Tripoli
    6. Penaklukan kota Ray
    7. Penaklukan kota Askar
    8. Penaklukan kota Qaumas
  • Tahun 23 hijriyah:
    1. Pembukaan kota Karman
    2. Pembukaan kota Sajistan
    3. Pembukaan Makran
    4. Pembukaan Asfahan

Penaklukan Besar masa Khalifah Umar

1.Penaklukan Damaskus

Damaskus merupakan kota yang amat istimewa dengan permukaan tanahnya yang hijau, tanamannya subur, kebun-kebunnya yang banyak menghasilkan buah, airnya yang jernih, dan berbagai keindahan lainnya, pasukan Islam berhasil menaklukkan kota ini di bawah pimpinan Abu Ubaidah Amir bin Jarrah, Khalid bin Walid, Amr bin al Ash, Syurahbil bin Hasanah, dan Yazid bin abi Sufyan ra. Sebelum kota ini ditaklukan, telah terjadi serangkaian pertempuran antara pasukan Islam dan pasukan Romawi di gerbang-gerbang kota.

Ketika itu pertempuran terjadi begitu sengit, pasukan penakluk terus berusaha memasuki gerbang kota, sementara itu, disekeliling Damaskus juga terjadi pertempuran antara pasukan peyerang dan pasukan yang bertahan. Lalu orang-orang Romawi berusaha meminta perlindungan kepada penguasa Tuma seraya berkata: “Apakah kami harus berdamai dengan orang-orang Islam, atau engkau akan memberi jalan keluar untuk kami?” lalu penguasa Tuma pun berjanji untuk memerangi pasukan Islam.

Dia menyiagakan pasukan di depan pintu-pintu gerbang untuk menyergap pasukan Islam, mereka bergerak menyerang pada malam hari, tapi pasukan Islam sanggup bertahan sehingga terjadilah pertempuran besar-besaran di seluruh pintu gerbang, pertempuran di gerbang Tuma menjadi peperangan paling dahsyat ketika itu, sangat banyak pasukan Romawi yang terbunuh sehingga yang masih hidup terpaksa mundur meninggalkan ribuan teman-teman mereka yang telah tewas.

Setelah dilakukan pengepungan selama tujuh puluh hari, akhirnya Khalid bin Walid bisa menyeberangi parit menggunakan sampan. Pasukan Islam naik ke benteng musuh dengan menggunakan rantai yang dilempar lalu disangkutkan ke atas benteng. Selain itu mereka mengaitkan beberapa buhul tali untuk digunakan seluruh pasukan Islam menaiki benteng. Setelah pasukan Islam berhasil naik ke atas benteng, mereka turun membuka pintu gerbang ke sebelah timur dengan mudah. Sesaat kemudian, pertempuran pun kembali pecah

Ketika pasukan Romawi yang berada di dekat gerbang al Jabiyah mengetahui peristiwa di gerbang timur, mereka segera mengirim utusan untuk menemui Abu Ubaidah, mereka menawarkan akan menyerahkan Damaskus dengan cara damai, Abu Ubaidah menerima tawaran itu tanpa mengetahui apa yang sedang dilakukan Kholid bin Walid di gerbang timur. Setelah dilakukan penyerahan, Abu Ubaidah pun masuk ke dalam kota, di tengah kota dekat gereja Maria, beberapa orang pasukan Khalid bertemu dengan utusan Abu Ubaidah yang telah menerima penyerahan kota dari tangan musuh. Setelah Abu Ubaidah menaklukkan kota lewat jalan damai, pasukan Islam pun menguasai seluruh Damaskus.

2. Penaklukan Mada’in

Ketika Sa’ad mengumuman pemberangkatan pasukan ke al Mada’in ia berkata kepada pasukannya: “Ucapkanlah nastainu billahi wa natawakkalu alaihi hasbunallah ta’ala wa ni’mal wakil la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim”

Ketika pasukan Islam sampai di dekat kota al Mada’in, pasukan Persia segera mengangkat perahu dan rakit dari sungai Tigris, kemudian mereka membakar semua jembatan yang terhubung ke kota bagian timur. Namun ternyata Sa’ad berhasil menggunakan perahu-perahu yang baru dibuat oleh penduduk setempat yang kemudian dia gunakan bersama pasukannya untuk mencapai al Mada’in. Setelah banyak musuh yang terbunuh dan pasukan Islam semakin mendekati al Mada’in, sebagian besar pasukan musuh melarikan diri dan masih ada sebagian mereka yang terus bertempur untuk mempertahankan al Mada’in.

Kala itu pasukan Islam harus menghadapi perlawanan sengit selama beberapa waktu. Akhirnya pihak musuh menyerah setelah tak mampu bertahan mengadapi kepungan pasukan Islam di sekeliling kota al Mada’in

Dengan penyerahan diri tersebut, maka takluklah salah satu kota terpenting di Persia. Penaklukan al Mada’in ini menjadi titik tolak penaklukan yang di lakukan pasukan Islam terhadap kota-kota Persia lainnya.

3. Penaklukan Baitul Maqdis


Dari al Jabiyah, khalifah Umar bin al Khattab ra lalu bergerak menuju Baitul Maqdis untuk melakukan perjanjian damai dengan kaum nashrani. Kala itu Umar bin al Khattab ra mengajukan syarat agar semua elemen kekuasaan Romawi segera meninggalkan Baitul Maqdis dalam waktu tiga hari, sebelum Umar bin al Khattab masuk ke Masjidil Aqsa lewat pintu yang dimasuki Rasulullah saw pada malam isra’. Umar bin al Khattab ra lalu melakukan shalat tahiyatul masjid yang dilanjutkan dengan shalat subuh bersama umat Islam lainnya.

Pada rakaat pertama Umar bin al Khattab membaca surah shad yang di dalamnya terdapat ayat sajdah, dan pada rakaat kedua Umar bin al Khattab memaca surah al Isra’, seusai shalat Umar bin al Khattab bertanya kepada Ka’ab bin al Ahbar tentang letak Shakhrah, dan Ka’ab bin Ahbar lalu langsung menunjukkan batu istimewa itu. Umar bin al Khattab ra bertanya demikian karena telah terjadi pertikaian panjang dan amat sengit antara kaum yahudi dan nashrani, setiap kali kaum yahudi menang, kaum nashrani berusaha menghilangkan tempat Shakhrah itu dengan menjadikannya sebagai tempat pembuangan sampah. Bahkan amat lazim bagi kaum perempuan nashrani membuang pembalut mereka ke tempat tersebut. Semua tindakan itu dilakukan oleh kaum nashrani karena shakhrah merupakan kiblat bagi kaum yahudi, sementara itu bagian yang digunakan oleh kaum nashrani sebagai tempat pembuangan sampah adalah dari tempat shakhrah sampai mihrab Dawud.

Jadi pada saat itu Umar bin al Khattab memang tidak dapat mengetahui letak Shakhrah karena batu istimewa itu telah tertimbun sampah dan kotoran, Umar bin al Khattab lalu memerintahkan orang-orang yang berasal dari Yordania untuk membersihkan semua kotoran dan sampah yang menimbun Shakhrah

Dari shakhrah, Umar bin al Khattab melangkahkan kakinya menuju gereja Makam Suci yang ditemani oleh Patriak agung Sefronius. Ketika Umar bin al Khattab sedang berbincang-bincang mengenai perjanjian damai dengan Sefronius, datanglah waktu shalat, Umar bin al Khattab pun langsung bertanya kepada patriak agung agar menunjukkan tempat yang bisa digunakan untuk shalat, serta merta Sefronius mengizinkan Umar bin al Khattab untuk mengerjakan shalat di dalam gereja itu, namun Umar bin al Khattab menolak hal itu seraya mengatakan bahwa jika dirinya shalat di dalam gereja bersejarah itu, ia khawatir akan memberi legitimasi kepada umat Islam untuk mengubah gereja tersebut menjadi masjid hanya karena alasan bahwa Umar bin al Khattab pernah shalat di dalamnya

Kekhawatiran inilah yang juga membuat Umar bin al Khattab selalu menolak melaksanakan shalat di semua gereja lainnya, sehingga kaum nashrani pada saat itu benar-benar yakin bahwa Umar bin al Khattab dan umat Islam pasti menepati semua opsi perjanjian damai yang mereka lakukan dengan kaum nashrani. Kemudian Umar bin al Khattab melanjutkan perjalanannya dengan Sefronius menuju ke gereja tempat kelahiran yesus di Bethlehem, lagi-lagi tiba waktu shalat ketika ia berada di gereja tersebut, Umar bin al Khattab pun langsung mengerjakan shalat di tempat tersebut, namun seusai shalat, kekhawatiran Umar bin al Khattab kembali muncul, ia lalu menambahkan point dalam perjanjian damai untuk tidak mengubah gereja kelahirn yesus menjadi masjid hanya karena ia mengerjakan sholat di dalam gereja tersebut

Menurut Dr. Muhammad Sayyid Wakil, tindakan Umar bin al Khattab yang bersedia sholat di dalam gereja tempat kelahiran yesus namun menolak melakukan shalat di gereja Makam Suci dan gereja Konstantin adalah untuk menunjukkan kepada dunia bahwa bagi umat Islam, seluruh muka bumi adalah masjid, selain itu untuk menghilangkan kesan yang mungkin muncul dalam hati Sefronius bahwa Umar bin al Khattab membenci gereja karena sesuatu yang tidak ia utarakan

Penaklukan Elia terjadi pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 16 H. akan tetapi al Baladzuri berpendapat bahwa perisiwa penting itu terjadi pada tahun 17 H. sementara itu mayoritas ahli sejarah justru sering menempatkan peristiwa penaklukan Elia dalam rangkaian kejadian penting yang terjadi tahun 15 H. di al Quds khalifah Umar bin al Khattab tinggal selama sepuluh hari, Umar bin al Khattab menggunakan waku tersebu untuk menghapus kekuatan bersenjata atas wilayah al Quds seperti yang lazim dilakukan terhadap daerah yang telah melakukan perjanjian damai dengan kaum muslimin, Umar bin al Khattab juga membagi wilayah kekuasaannya untuk mempermudah jalannya pemerintahan, sekaligus menunjuk penguasa bagi tiap-tiap daerah tersebut. Setelah selesai melakukan semua itu, Umar bin al Khattab kembali ke Madinah.

Peranan Umar Bin Khattab terhadap Penaklukan

Setelah kita lihat betapa cepat dan pesat perluasan wilayah kekuasaan islam pada masa khalifah Umar bin al Khattab ra tersebut, setidaknya dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa factor yang menjadi pemicuya:
  1. Tujuan utama Umar bin al Khattab ra dalam melakukan penaklukan adalah untuk menyebarkan dakwah tauhid, dan membantu kaum yang tertindas dari kedzaliman tirani-tirani, sehingga tidak jarang penduduk tempat yang ditaklukkan malah membantu pasukan Islam.
  2. Kepiawaian Umar bin al Khattab dalam mengatur strategi penaklukan, dan mengatur daerah yang telah ditaklukkan, yaitu jika menaklukkan suatu daerah, maka ia akan melucuti persenjataan daerah tersebut, Umar bin al Khattab juga berhasil menemukan satu system militer yang tidak pernah dilakukan siapapun pada saat itu. Ibnu Jarir menyatakan bahwa Umar mengirim surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqas sesaat sebelum terjadinya pertempuran Qadisiyah yang isinya berbunyi, “Jika engkau sudah menerima suratku ini maka pecahlah pasukanmu menjadi satuan-saatuan yang lebih kecil. Jelaskan kepada mereka tentang tindakan itu, angkatlah pemimpin untuk tiap-tiap pasukan, berilah perintah pemimpin-pemimpin itu di depan semua pasukan, hormati mereka di depan anak buah mereka, dan serahkan panji-panji pasukan pada prajurit yang paling cepat memacu kudanya.”
    Isi surat inilah yang diterapkan Khalid bin walid ketika menjadi panglima tunggal dalam perang Yarmuk terhadap pasukan Islam setelah terlebih dahulu bermusyawarah dengan para panglima pasukan penaklukna di Syam, pada saat itu Khalid memecah pasukannya menjadi 36 battalion, dan setiap battalion terdiri dari seribu orang prajurit.
  3. Kemuliaan hati, keluhuran akhlak, dan kebijaksanaan Umar bin al Khattab yang membuat musuh percaya dan kagum terhadapnya, sebab semua penaklukan yang dilakukan oleh Umar bin al Khattab selalu memberikan dampak yang positif bagi bangsa-bangsa yang mendiami wilayah taklukannya.
  4. Bukti kepiawaian Umar bin al Khattab dalam bidang strategi militer: Setelah pertempuran Nahawand, semua kawasan Persia siap ditaklukkan oleh pasukan Islam, mereka akan dengan mudah menaklukan daerah-daerah yang berada di sebelah timur sungai Tigris, apalagi setelah pasukan Islam berhasil menaklukkan Irak dan semua wilayah yang berada di sebelah selatan Teluk Arab, terlebih setelah kita tahu bahwa Khuzestan (al Ahwaz) telah ditaklukkan dan pemimpinnya, Hurmuzan mau memeluk Islam.
  5. Bidang militer: Pasukan Islam berhasil mendayagunakan kekuatan mereka, demi melanjutkan kemenangan yang telah dicapai, khalifah Umar bin al Khattab memutuskan untuk membagi pasukan menjadi beberapa kelompok pasukan yang lebih kecil, masing-masing kelompok dipimpin oleh seorang panglima menuju kawasan-kawasan dalam wilayah kerajaan Persia.
  6. Pasukan yang dipilih oleh Umar bin al Khattab adalah pasukan yang benar-benar ikhlas dalam berjihad demi mendapatkan ridho Allah ta’ala
Lihat dalam tampilan PDF

0 comments:

Posting Komentar