HATI-HATI 10 HAL PEMBATAL SYAHADAT

Allah telah mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk masuk ke dalam Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-Nya dan menjauhi segala sesuatu yang menyimpang darinya....

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM

Inilah hal pertama yang harus kita pelajari dalam islam yaitu mengenal manusia, mengenal diri kita. Jika ada anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya,....

Trading Forex Modal Gratis 15$

Anda mudah dalam Membuka Account Live untuk transaksi real, tidak terbatas membuka akun demo sebagai sarana untuk menguji atau latian, berbagai jenis account forex...

Mengenal Al-Quran.

Al-Quran berasal dari kata : ?َ?? - ???? - ????? - ????? berarti bacaan. Al-Quran adalah Kalamullah yang mulia dan terpelihara

Mengenal Allah

Mengenal Allah SWT, adalah suatu bagian terpenting bagi seorang yang mendeklarasikan dirinya seorang Muslim. Manalah mungkin ia bisa mengatakan dengan lantang bahwa dirinya muslim, sementara ia tidak mengenal dan memahami Allah yang menjadi sembahannya.

Skenario Global Kehidupan Manusia

Kehidupan dibumi telah dilalui pada suatu masa yang penuh dengan kegelapan. Tidak ada toleransi dan persamaan hak diantara mereka. Pertumpahan darah dan permusuhan berlangsung sebagai suatu hal yang biasa.

Makna Dien-ul-Islam

Sesungghnya Islam itu dien samawi yang befungsi sebagai rahmat dan nikmat bagi manusia seluruhnya. Din Islam memiliki nilai kesempurnaan yang tinggi, lagi pula sesuai dengan fitrah manusia dan cocok dengan tuntutan hati nuranimanusia seluruhnya sebagai makhluk ciptaan Allah dalam menerima Dinullah yang hak.

30 Jul 2011

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 7)

Post artikel ini adalah artikel ke 3 dari seri Mengenal dan Memahami Manusia di dalam Agama/Dien Islam. Artikel ini bersumber dari blog http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-7.html .Silahkan dibaca, semoga memberi manfaat buat anda.
========


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat

Musuh Besar Dan Teman Sejati Manusia

1. Musuh Manusia

Musuh besar manusia adalah syaithan (iblis la’natullah) dan golongannya yaitu orang-orang yang mengikuti jalan kesesatan. Mereka senantiasa meniupkan bisikan jahat (yuwaswisu fi shudurinnas) ke dalam dada manusia. Al-Quran telah mempertegas: syaitan itu adalah musuh yang harus benar-benar dijadikan musuh. Karena setan itu akan menggiring orang-orang yang mengikutinya ke dalam api neraka.
“Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar; maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaithan yang pandai menipu, memperdayakan kamu. Sesungguhya syaithan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia sebagai mushmu, karena syaithan itu hanya mengajak golongannya (kelompoknya) supaya menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala”, Fathir:5-6.
Pernyataan permusuhan syaithan (iblis) itu telah ia proklamirkan di hadapan Allah ketika ia terusir dari surga.
“Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Malaikat: 'Sujudlah kamu semua kepada Adam', lalu mereka sujud kecuali iblis, Dia berkata: 'Apakah aku akan sujud kepada orang yang Engkau ciptakan dari tanah?'. Iblis berkata: 'Terangkanlah kepadaku, inikah orangnya yang Engkau muliakan atas diriku? Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan keturunannya, kecuali sebagian kecil'”, al-Isro:60-62.
Orang-orang yang sesat dan mengikuti bujuk rayu syaithan mereka adalah hizb al-syaithan/golongan syaithan/partai syaithan. Mereka sangat giat menyuarakan kebatilan dan menghalangi tegaknya kebenaran. Mereka adalah manusia yang merugi di dunia dan di akhirat akan dilemparkan ke dalam neraka Jahannam.
"Syaitan telah menguasai mereka lalu menjadikan mereka lupa mengingat Allah; mereka itu hizb al-syaitan. Ketahuilah, bahwa hizb al-syaitan itu, itulah golongan yang rugi", al-Mujadilah:19.
“Barang siapa di antara mereka yang mengikutimu, maka sesungguhnya neraka jahanam adalah balasanmu semua, sebagai suatu pembalasan yang layak”, al-Isro:63.

2. Teman Sejati Manusia

Adapun teman sejati manusia adalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Yang melaksanakan syari'ah-Nya. Yang konsisten menegakkan kebenaran. Mereka adalah Hizb Allah dan hanya hizb Allah lah yang akan meraih kemenangan.
“Kamu tidak akan mendapati suatu kaum yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya saling berkasih sayang terhadap orang-orang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun puas terhadap limpahan rahmat-Nya. Mereka itulah Hizb Allah. Ketahuilah bahwa Hizb Allah itulah yang akan menang”, al-Mujadilah:22.
Dengan demikian, jelas siapa yang harus dijadikan kawan dan siapa yang harus dijadikan lawan. Maka hendaknya manusia mengambil kawan yang layak dijadikan kawan dan menjadikan lawan siapa yang layak dijadikan lawan. Dengan tegas Rasulullah saw telah memperingatkan kepada kita bila hendak mengambil kawan. Sebagaimana sabdanya:
“Seseorang itu mengikuti dien temannya, maka hendaknya ia memperhatikan siapa yang menemaninya”, Abu Dawud dan Tarmidzi.
Sabda Nabi tersebut menerangkan, bahwa: seseorang itu akan mengikuti agama, kebiasaan, adat istiadat, tabiat temannya. Hal ini, menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teman dalam membentuk dan mewarnai perilaku manusia, baik pengaruh kepada kebaikan dan kepada keburukan. Karena sangat stretegisnya teman ini, maka apabila manusia ingin senantiasa berada dalam kebaikan, maka harus memilih teman yang baik yaitu mu’min sejati.


Alhamdulillah Rabb al-'Alamin



Lanjutkan Membaca ...

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 6)

Post artikel ini adalah artikel ke 6 dari seri Mengenal dan Memahami Manusia di dalam Agama/Dien Islam. Artikel ini bersumber dari blog http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-6.html .Silahkan dibaca, semoga memberi manfaat buat anda.


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat


Sifat Dasar Manusia Dan Cara Mengatasinya

Manusia diciptakan disertai sifat-sifat dasar yang negatif, yang apabila tidak diarahkan ke arah yang positif, maka akan menjatuhkan dirinya ke dalam kerugian.
“Demi Masa, sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling menasihati dalam kebenaran (haq) dan kesabaran”, al-'Ashr:1-3.
Hal ini, merupakan masalah yang sangat serius, karena bila manusia tetap pada tabiat dasar itu, maka ia berada dalam kerugian yang nyata. Oleh karena itu, manusia harus berjuang untuk mengatasinya. Secara umum cara mengatasinya adalah dengan beriman kepada Allah dan melaksanakan amal shaleh, serta saling menasihati untuk tetap dalam haq dan kesabaran. Untuk itu marilah kita mengenali sifat-sifat dasar itu dan cara mengatasinya.

1. Keluh Kesah dan Kikir.

"Sesungguhnya manusia itu diciptakan dengan sifat halu’ yaitu keluh kesah. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”, al-Ma'arij: 19-21.
Keluh kesah dan kikir timbul karena tidak adanya rasa syukur atas karunia yang Allah berikan dan tidak sabar atas cobaan-Nya, sehingga ia senantiasa merasa kurang dan tidak cukup dalam segala hal dan tidak sabar atas musibah-musibah yang menimpanya. Apabila sifat ini dituruti, maka manusia akan terombang-ambing dalam keragu-raguan, dan sikap syu’udzan kepada Allah, sehingga mengingkari nikmat yang telah Allah berikan. Untuk itu, sifat ini harus diluruskan, dan diarahkan kepada arah yang benar, yaitu dengan mengerjakan shalat dan amalan-amalan shaleh lainnya.


Sedangkan untuk mengatasi sifat kikir yaitu dengan menginfakkan harta kepada fakir miskin.
“Kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalat, dan orang-orang yang dalam hartanya terdapat bagian tertentu, bagi orang miskin yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa, dan orang yang mempercayai hari pembalasan, dan orang yang takut terhadap hari pembalasan, Karena sesungguhnya azab Tuhan mereka tidak dapat orang merasa aman dari kedatanganya, dan orang yang memelihara kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak tercela, barang siapa mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melewati batas, Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat yang dipikulnya dan janjinya, dan orang-orang yang memelihara syahadatnya, dan orang yang memelihara shalatnya, Mereka itu kekal di dalam surga lagi dimuliakan”, al-Ma'arij: 22-35.

2. Lemah

“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu. Dan manusia diciptakan dengan sifat lemah", al-Nisa':28.
Dengan tabiat kelemahan manusia itu, Allah memberikan keringanan dan kemudahan baginya. Untuk mengatasi kelemahannya itu manusia harus menerima kemudahan dan keringan yang Allah berikan. Bagi manusia memadai apa yang telah ia usahakan sesuai dengan keadaannya.
“Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh selain apa yang telah diusahakan”, al-Najm:39.

3. Susah Payah

Allah menciptakan manusia dalam keadaan yang sangat berat, yaitu adanya berbagai halangan dan rintangan yang harus dihadapinya.
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam keadaan susah payah”, al-Balad:4.
Cara mengatasinya adalah dengan mengadakan perjuangan untuk membebaskan perbudakan manusia atas manusia. Apabila manusia enggan mengadakan perjuangan, maka ia akan senantiasa di dalam kesusahpayahan itu. Oleh karena itu, ia harus bangkit mempergunakan potensi yang ada dan menyusun kekuatan bersama-sama untuk perjuangan pembebasan tersebut.
"Tahukah kamu jalan yang mendaki lagi sukar itu? Yaitu melepaskan budak dari perbudakan, dan memberi makanan pada hari kelaparan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat dan orang miskin yang teramat miskin dan dia termasuk orang yang beriman dan saling berpesan bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang. Mereka itu adalah golongan kanan”, al-Balad:10-18.

4. Tergesa-gesa

“Dan adalah menusia bersifat tergesa-gesa”, al-Isro:11.
Tergesa-gesa ialah ingin mendapatkan/mencapai sesuatu dengan segera tanpa memelalui proses yang seharusnya. Karena ketergesa-gesaannya itu, maka manusia sering terjerembab ke jalan yang salah, sehingga hanya menghasilkan kekecewaan. Karena tergesa-gesa adalah merupakan sifat negatif, maka ia harus ditundukkan dan diarahkan ke jalan yang benar.


Cara mengatasinya adalah dengan bersabar, sebagaimana diperintahkan Allah dalam firman-Nya.
“Bersabarlah kamu seperti sabarnya ulu al-'azmi min al-rasul dan janganlah kamu minta disegerakan siksa kepada mereka”, al-Ahqaf:35.


Alhamdulillah Rabb al-'Alamin.


Bersambung.......
Lanjutkan Membaca ...

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 5)

Post artikel ini adalah artikel ke 4 dari seri Mengenal dan Memahami Manusia di dalam Agama/Dien Islam. Artikel ini bersumber dari blog http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-4.html .Silahkan dibaca, semoga memberi manfaat buat anda.
==============


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat


Tujuan Penciptaan Manusia

Allah SWT telah menegaskan bahwa, Ia menciptakan manusia tidaklah dengan main-main tetapi dengan tujuan yang hak. Dengan diberi tugas dan kewajiban yang akan dimintai pertanggung jawaban.
“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”, al-Mu'minun:115.
Tujuan penciptaan manusia adalah mengabdi kepada-Nya, dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya, melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagai manusia.
"Dan tidaklah Kami ciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengabdi kepada-Ku”, al-Dzariyat:56.

1. Fungsi Manusia Di Bumi

Fungsi manusia adalah sebagai khalifah di muka bumi.


"Ingatlah ketika Rabbmu berfirman kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku hendak menjadikan manusia di muka bumi sebagai khalifah”, al-Baqoroh:30.


Arti khalifah fil ardhi adalah mandataris Allah untuk melaksanakan hukum-hukum dan merealisasikan kehendak-Nya di muka bumi. Manusia telah dipilih Allah sebagai khalifah-Nya.


Untuk melaksanakan fungsinya itu, Allah mengajarkan manusia ilmu (Asma kullaha).

2. Tugas Manusia

Tugas manusia adalah memelihara amanah yang Allah pikulkan kepadanya, setelah langit, bumi dan gunung enggan memikulnya.
“Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat dzalim dan amat bodoh”, al-Ahzab:72.


Amanat Allah itu adalah berupa tanggung jawab memakmurkan bumi dengan melaksanakan hukum-Nya dalam kehidupan manusia di bumi ini.
“Hai Daud, sesungguhnya Kami telah mengangkatmu sebagai khalifah di bumi, maka hukumilah manusia dengan haq (wahyu Allah) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu yang menyebabkan kamu tersesat dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang sesat dari jalan Allah akan mendapat siksa yang berat akibat mereka melupakan hari pembalasan”, Shaad:26.


Untuk menunaikan tanggung jawab yang dipikulkan kepadanya ini, manusia harus mengerahkan segala potensi (baik internal dan ekternal) yang ada pada dirinya, dan harus sanggup berkorban dengan jiwa dan hartanya. Dengan pengerahan potensi dan kesanggupan berkurban, maka tugas dan peran manusia untuk mewujudkan kekhalifahan dan menegakkan hukum-Nya pasti akan dapat terwujud.


Adapun manusia yang tidak mau melaksanakan tugas, enggan merealisasikan
tugas dan perannya, maka ia adalah manusia yang jahil (bodoh) dan dzalim.


Alhamdulillah Rabb al-'Alamin


Bersambung...
Lanjutkan Membaca ...

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 4)

Post artikel ini adalah artikel ke 4 dari seri Mengenal dan Memahami Manusia di dalam Agama/Dien Islam. Artikel ini bersumber dari blog http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-4.html .Silahkan dibaca, semoga memberi manfaat buat anda.
======================================


Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat


Potensi Dasar Manusia

B. Potensi Eksternal

Disamping potensi internal yang melekat erat pada diri manusia, Allah juga menyertakan potensi external sebagai pengarah dan pembimbing potensi-potensi internal itu agar berjalan sesuai dengan kehendak-Nya. Tanpa arahan potensi external ini, maka potensi internal tidak akan membuahkan hasil yang diharapkan.

1. Potensi Huda

Yaitu petunjuk Allah yang mempertagas nilai kebenaran yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya untuk membimbing umat manusia ke jalan yang lurus.
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur”, al-Insan:3.
“....Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati”, al-Baqoroh:38.

2. Potensi Alam

Alam semesta adalah merupakan potensi external kedua untuk membimbing umat manusia melaksanakan fungsinya. Setiap sisi alam semesta ini merupakan ayat-ayat Allah yang dengannya manusia dapat mencapai kebenaran.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat ayat-ayat bagi 'uli al-albab', yaitu orang-orang yang mengingat Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan dalam keadaan berbaring; dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb Kami, tidalah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia", ali Imron:190-191.
“Hai manusia, sembahlah Rabb-mu Yang telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan (tempat berpijak) bagimu dan langit sebagai atap, dan menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”, al-Baqoroh:21-22.


Semua potensi yang Allah berikan kepada kita, bukanlah hal yang main-main dan terjadi dengan sendirinya tanpa maksud tertentu. Akan tetapi, potensi itu merupakan modal dasar yang Allah berikan agar kita sukses menjalankan tugas dalam perjalanan ini.


Dengan pemahaman yang baik akan keberadaan kita, seharusnya kita menyadari tentang diri kita yang sebenarnya. Kita tidak sedang bermain-main disini, kita tidak sedang senda gurau disini, tapi kita sedang bertugas untuk menjalankan kepemimpinan Allah atas bumi ini. Sebuah tugas yang maha berat yang hanya akan berhasil apabila kita mengoptimalkan segenap potensi yang ada pada kita.



Alhamdulillah Rabb al-'Alamin.


Bersambung
Lanjutkan Membaca ...

27 Jul 2011

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 3)

Post artikel ini adalah artikel ke  3 dari seri Mengenal dan Memahami Manusia di dalam Agama/Dien Islam. Artikel ini bersumber dari blog  http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-3.html .Silahkan dibaca, semoga memberi manfaat buat anda.

===============================
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan kepada Muslimin Muslimat

Potensi Dasar Manusia

Allah menciptakan manusia dengan memberikan kelebihan dan keutamaan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya. Kelebihan dan keutamaan itu berupa potensi dasar yang disertakan Allah atasnya, baik potensi internal (yang terdapat dalam dirinya) dan potensi external (yaitu potensi disertakan Allah untuk membimbingnya). Potensi ini adalah modal utama bagi manusia untuk melaksanakan tugas dan memikul tanggung jawabnya.
Oleh karena itu, ia harus diolah dan didaya-gunakan dengan sebaik-baiknya, sehingga ia dapat memunaikan tugas dan tanggung jawab dengan sempurna.

A. Potensi Internal

Potensi internal ialah potensi yang menyatu dalam diri manusia itu sendiri, terdiri:

1. Potensi Fitriyah.

Manusia diberikan oleh Allah potensi fitriyah. Makna fitrah ialah al-Islam.
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama yang lurus, (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”, al-Rum:30.
'Dari Abu Hurairah ra, bersabda Rasulullah saw: “Tiada bayi yang dilahirkan kecuali lahir dalam keadaan fitrah. Maka ayah bundanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi. Sebagai lahirnya binatang yang lengkap sempurna. Apakah ada binatang yang lahir terputus telinganya?" Kemudian Abu Hurairah ra membaca: ”Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus”, HR. Mutafaqun ‘alaih.
Dengan demikian, pada diri manusia sudah melekat (menyatu) satu potensi kebenaran (Dien Allah). Kalau ia gunakan potensinya ini, ia akan senantiasa berjalan di atas jalan yang lurus. Karena Allah telah membimbingnya semenjak dalam alam ruh (cek 7:172).

2. Potensi Ruhiyah

Potensi ruhiyah adalah potensi yang dilekatkan pada hati nurani untuk membedakan dan memilih jalan yang hak dan yang batil, jalan menuju ketaqwaan dan jalan menuju kedurhakaan.

“Demi jiwa serta penyempurnaannya. Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan" al-Syams:7-8.
Di dalam hati setiap manusia telah tertanam potensi ini, yang dapat membedakan jalan kebaikan (kebenaran) dan jalan keburukan (kesalahan). Dari kemampuan ini.

“Wabishah bin Ma’bab ra. berkata: 'Saya datang kepada Nabi saw untuk bertanya tentag bakti (al-birri). Maka sebelum saya bertanya, Nabi bertanya: 'Kau datang untuk bertanya tentang bakti?' Jawabku: Ya. Bersabda Nabi saw: “Tanyakan pada hatimu. Bakti itu ialah semua perbuatan yang menimbulkan ketenangan dalam hati dan jiwa. Sedangkan dosa, itu semua perbuatan yang menimbulkan keraguan dalam hati dan jiwa. Meskipun telah mendapat fatwa dari orang-orang”. HR. Ahmad dan Darimi.Hadits ini menunjukkan bahwa potensi inilah yang menentukan arah kehidupan manusia.

3. Potensi Aqliyah

Potensi aqliyah terdiri dari panca indera dan akal pikiran (sam’a, bashar, fu’ad). Dengan potensi ini, manusia dapat membuktikan dengan daya nalar dan ilmiah, tentang “kekuasaan” Allah. Serta dengan potensi ini, ia dapat mempelajari dan memahami dengan benar seluruh hal yang bermanfaat baginya yang tentu harus diterima dan hal yang mudharat baginya dan tentu harus dihindarkan.

“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apapun, dan Dia memberikan kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”, al-An'am:78. 
Potensi inilah yang akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah. 
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang tidak kamu miliki ilmu pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban”, al-Isro:36.

Manusia yang tidak mempergunakan potensi ini, maka sungguh ia telah menyia-nyiakan kelelebihan dan keutamaan yang Allah berikan, sehingga ia tidak pantas mendapat fadhal disisi Allah, tetapi ia sama dengan makhluk yang terendah yaitu binatang ternak, bahkan lebih hina lagi.

"Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah, dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah, mereka mempunyai telinga, tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar ayat-ayat Allah. Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”, al-A'rof:179.

4. Potensi Jasmaniyah

Potensi jasmaniyah yaitu kemampuan tubuh manusia yang telah Allah ciptakan dengan sempurna, baik rupa, kekuatan dan kemampuan.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam sebaik-baik penciptaan”, al-Tin:5.
“Dia membentuk rupamu dan dibaguskan-Nya rupamu itu, dan hanya kepada-Nyalah kembalimu”, al-Taghabun:3.
Potensi jasmaniyah ini adalah merupakan basthoh fil khalqi (fil jism). Sebagai modal utama untuk melaksanakan tugasnya.


Alhamdulillah Rabb al-'Alamin


Bersambung .......
Lanjutkan Membaca ...

Cara Islam Mengatasi Kemiskinan

Isu kemiskinan dan pengangguran kembali mencuat dan mendapat perhatian banyak pihak pasca pidato kontroversial Presiden SBY pada 16 Agustus 2006 lalu di depan DPR. Terlepas dari perdebatan yang terjadi tentang kesahihan data kemiskinan, momentum ini sebenarnya lebih penting digunakan untuk mendorong kembali wacana strategi pengentasan kemiskinan yang tepat untuk Indonesia.


Pemerintahan SBY-JK ketika dilantik pada 2004 mengusung strategi tiga jalur (triple track strategy) untuk pemulihan ekonomi yaitu pengentasan kemiskinan (pro-poor), percepatan pertumbuhan ekonomi (pro-growth), dan perluasan kesempatan kerja (pro-employment). Data kemiskinan terbaru yang dirilis BPS pekan lalu, memastikan bahwa strategi tiga jalur dari pemerintahan SBY-JK terbukti gagal. Per Maret 2006, angka kemiskinan adalah 17,75% atau meningkat dari 16,66% di tahun 2004. Dibutuhkan strategi baru untuk kemiskinan, yang lebih komprehensif, menyentuh akar permasalahan, dan tidak hanya retorika belaka.


Akar Kemiskinan


Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang, dan akan diciptakannya (QS 30:40; QS 11:6) dan pada saat yang sama Islam telah menutup peluang bagi kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS 67:15). Setiap makhluk memiliki rizki-nya masing-masing (QS 29:60) dan mereka tidak akan kelaparan (QS 20: 118-119).


Dalam perspektif Islam, kemiskinan timbul karena berbagai sebab struktural. Pertama, kemiskinan timbul karena kejahatan manusia terhadap alam (QS 30:41) sehingga manusia itu sendiri yang kemudian merasakan dampak-nya (QS 42:30). Kedua, kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya (QS 3: 180, QS 70:18) sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan. Ketiga, kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap dzalim, eksploitatif, dan menindas kepada sebagian manusia yang lain, seperti memakan harta orang lain dengan jalan yang batil (QS 9:34), memakan harta anak yatim (QS 4: 2, 6, 10), dan memakan harta riba (QS 2:275).


Keempat, kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di satu tangan. Hal ini tergambar dalam kisah Fir’aun, Haman, dan Qarun yang bersekutu dalam menindas rakyat Mesir di masa hidup Nabi Musa (QS 28:1-88). Kelima, kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Bencana alam yang memiskinkan ini seperti yang menimpa kaum Saba (QS 34: 14-15) atau peperangan yang menciptakan para pengungsi miskin yang terusir dari negeri-nya (QS 59:8-9).


Dengan memahami akar masalah, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami fenomena kemiskinan yang semakin meraja di sekeliling kita. Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah perilaku eksploitatif akibat penerapan bunga sehingga kita setiap tahunnya harus menghabiskan sebagian besar anggaran negara untuk membayar bunga utang dan sektor riil harus collapse tercekik bunga tinggi perbankan? Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah birokrasi yang korup dan pemusatan kekuasaan di tangan kekuatan politik dan pemilik modal sehingga tidak jelas lagi mana kepentingan publik dan mana kepentingan pribadi? Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah buah dari kejahatan kita terhadap lingkungan yang kita rusak sedemikian masif dan ekstensif?


Strategi Pengentasan Kemiskinan


Islam memiliki berbagai prinsip-prinsip terkait kebijakan publik yang dapat dijadikan panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja. Pertama, Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor growth).


Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas perekonomian tercipta. Pada saat yang sama, Islam mengarahkan modal pada kegiatan ekonomi produktif melalui kerjasama ekonomi dan bisnis seperti mudharabah, muzara’ah, dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung secara berkesinambungan.


Kedua, Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak kepada kepentingan rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat tiga prinsip utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang ketat, tata kelola pemerintahan yang baik, dan penggunaan anggaran negara sepenuhnya untuk kepentingan publik.


Tidak pernah terjadi defisit anggaran dalam pemerintahan Islam walau tekanan pengeluaran sangat tinggi, kecuali sekali pada masa pemerintahan Nabi Muhammad karena perang. Yang lebih banyak didorong adalah efisiensi dan penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam, anggaran negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif terhadap kepentingan orang miskin, seperti menyediakan makanan, membayar biaya penguburan dan utang, memberi pinjaman tanpa bunga untuk tujuan komersial, dan beasiswa bagi yang belajar agama.


Ketiga, Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi masyarakat (pro-poor infrastructure). Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak eksternalitas positif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan efisiensi perekonomian. Nabi Muhammad SAW membagikan tanah di Madinah kepada masyarakat untuk membangun perumahan, mendirikan pemandian umum d sudut kota, membangun pasar, memperluas jaringan jalan, dan memperhatikan jasa pos. Khalifah Umar bin Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan memberi perhatian besar pada infrastruktur dan tata ruang kota. Beliau juga memerintahkan Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk pembangunan jembatan, kanal, dan jaringan air bersih.


Keempat, Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan, dan kesehatan.


Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil gaji dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Nabi Muhammad SAW meminta tebusan bagi tawanan perang dengan mengajarkan baca tulis kepada masyarakat. Nabi Muhammad juga menyuruh masyarakat berperilaku hidup bersih dan memerintahkan agar orang sakit dikarantina hingga sembuh untuk mencegah penyebaran penyakit.


Kelima, Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak rakyat miskin (pro-poor income distribution). Terdapat tiga instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan yaitu aturan kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul hasan, infak, dan wakaf. Islam mengatur bagi setiap orang yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi milik-nya. Dan bagi siapa saja yang menelantarkan tanahnya, maka negara berhak mengambilnya untuk kemudian memberikan kepada orang lain yang siap mengolah-nya. Dengan penerapan zakat, maka tidak akan ada konsentrasi harta pada sekelompok masyarakat. Zakat juga memastikan bahwa setiap orang akan mendapat jaminan hidup minimum sehingga memiliki peluang untuk keluar dari kemiskinan. Lebih jauh lagi, untuk memastikan bahwa harta tidak hanya beredar di kalangan orang kaya saja, Islam juga sangat mendorong orang kaya untuk memberikan qard, infak, dan wakaf.


Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, fokus pada pengembangan sektor riil, dan pemerataan hasil-hasil pembangunan.


Yusuf Wibisono, Dosen UI
Republika Online
Lanjutkan Membaca ...

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 2)

Post kali ini adalah kelanjutan dari materi pembahasan tentang Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 1). Sumber artikel ini berasal dari http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/mengenal-manusia-bag-2.html . Semoga post artikel ini dapat mempertebal keimanan para pembacanya.
=================================
Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat.


Dalam tulisan sebelumnya kita telah membahas tentang prinsip dan proses penciptaan manusia. Pembahasan itu menggugah kesadaran kita bahwa sebelum kita menjadi seperti sekarang ini dahulunya kita tidak ada dan bukan apa-apa. Maka segala sesuatu yang ada pada kita hari ini adalah pemberian Allah yang patut kita syukuri.


Pada pembahasan kali ini kita akan membahas tentang bahan dasar penciptaan manusia. Hal ini kita pelajari agar kita memahami siapa kita dan akan kemana kita.

A. Bahan Dasar (Bentuk Dan Isi) Manusia.

1. Bentuk Dasar.

Bahan dasar manusia adalah tanah yang tidak berharga, sebagaimana diterangkan dalam ayat di bawah ini:
"Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani)”, Al-Sajdah:7-8.
Seorang manusia yang gagah perkasa, tampan dan cantik rupawan hanyalah berbahan dasar tanah liat/tanah tembikar yang merupakan bahan terendah yang kurang berharga. Bila kita perhatikan asal kejadian diri kita ini, maka kita tidak akan suka menyombongkan diri menentang dan mendurhakai Allah pencipta kita. Akan tetapi kita akan tunduk merendahkan diri kita kepada Allah, karena hanya atas karunia-Nyalah kita menjadi ada.

2. Isi Dasar

Dari bahan dasar yang sangat rendah tersebut di atas, kemudian Allah mengisinya dengan sesuatu yang sangat tinggi nilainya yaitu ruh-Nya. Sebagaiamana firman-Nya:
"Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam tubuhnya ruh ciptaan-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur”, al-Sajdah:9.
Dengan demikian manusia memiliki hubungan yang sangat dekat sekali dengan Allah karena manusia diberi ruh-Nya. Dari dua asal yang sangat berbeda ini menunjukkan adanya dua hal yang berbeda. Jasad kita yang diciptakan dari bahan dasar tanah maka ia memiliki kecenderungan yang sangat kuat kepada tanah atau segala hal yang berasal dari tanah, sebagaimana firman Allah:
"dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa yang diingini, yaitu: wanita, anak, harta yang melimpah berupa emas dan perak, kuda pilihan (kendaraan), binatang ternak dan sawah ladang...", Ali Imron:14.
Sedangkan ruh (jiwa) yang berasal dari Allah, maka ia juga memiliki kecenderungan dan kebutuhan kepada petunjuk Allah yaitu al-Din, jalan menuju taqwa.
"katakanlah: inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu? Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Robb mereka ada surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai". Ali Imron:15.
Dari pemahaman diatas kita dituntut untuk merubah paradigma kita tentang hidup. Berfikir jauh kedepan bahwa kita ini lebih dari hanya sekedar materi yang akan hancur seiring berjalannya waktu. Kita adalah ruh yang diturunkan dari langit yang mengemban suatu amanah besar dari Allah yaitu al-Din al-Islam untuk diterapkan dimuka bumi sehingga menjadi rahmat bagi seluruh alam. Jangan lupa! Amanah tersebut nanti di hari kemudian akan dimintai pertanggung-jawabannya.

Alhamdulillah Rabb al-'Alamin.
Lanjutkan Membaca ...

26 Jul 2011

Mengenal dan Memahami Manusia dalam ISLAM (bag. 1)

Artikel dalam post ini bersumber dari http://studikomprehensifislam.blogspot.com/2011/06/blog-post.html, jika, anda memiliki komentar, pertanyaan atau hal-hal lain berkaitan dengan artikel ini, silahkan anda kunjungi link diatas.


Bismillahirrahmanirrahim.
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, sejahtera kepada Muslimin Muslimat.
Inilah hal pertama yang harus kita pelajari dalam islam yaitu mengenal manusia, mengenal diri kita. Jika ada anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya, biasanya orang tua itu akan mengatakan: 'dasar kamu anak yang tidak tahu diri,...'. Maka dari itu agar kita tidak dikatakan sebagai orang yang tidak tahu diri, marilah kita bersama-sama kenali diri kita.

A. Prinsip Penciptaan Manusia‏

"Bukankah telah datang atas manusia suatu waktu dari masa, sedang ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut", Al-Insan:1
“Dan tidakkah manusia itu memikirkan bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakannya dahulu, sedang ia tidak ada sama sekali?”, Maryam:67.
Kedua ayat di atas dimulai dengan kalimat istifham (pertanyaan) yang menuntut perhatian supaya manusia memikirkan diri dan proses kejadiannya, sehingga dengan itu ia akan berlaku dengan benar dalam kehidupan di dunia ini sesuai dengan fungsi dan tujuan penciptaannya. Manusia adalah makhluk ciptaan Allah. Pada mulanya ia bukanlah apa-apa, tidak ada, tidak berwujud dan tidak berbentuk. Kemudian atas kehendak-Nya, ia diciptakan.

Ihwal penciptaan manusia ini, menunjukkan KeMaha Kuasaan Allah. Hal ini harusnya menjadi renungan manusia, betapa tanpa kekuasaan-Nya, dirinya bukanlah apa-apa.

B. Proses Penciptaan Manusia

1. Proses Azali

Proses azali adalah proses dimana peran ke Maha-'Kunfayakun'-an Allah terjadi, tidak ada sedikitpun campur tangan manusia. Seperti dalam penciptaan Adam yang diciptakan dari tanah liat yang dibentuk. Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam. Dan Isa Al-Masih yang diciptakan tanpa seorang ayah.
Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam ayat berikut:
'dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering yang diberi bentuk', Al-Hijr:26.
'Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan dari keduanya Allah memperkembang-biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan peliharalah hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu', An-Nisa:1‏
'Sesungguhnya misal penciptaan Isa di sisi Allah, adalah seperti penciptaan Adam, Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman: “Jadilah”, maka jadilah dia', Ali Imron:59.

‏2. Proses Alami

Proses alami adalah proses kejadian manusia setelah Adam dan Hawa terkecuali Isa as, yaitu harus adanya percampuran antara laki-laki dan perempuan, bertemunya sel sperma dan indung telur di dalam rahim perempuan. Dalam rahim seorang ibu ia dibentuk dengan melalui beberapa tahapan dan dalam waktu yang telah ditetapkan. Kemudian setelah sempurna kejadiannya, ia dilahirkan ke atas dunia sebagai seorang bayi, lalu Allah tumbuhkan ia menjadi dewasa danmenjadi tua, kemudian Allah wafatkan.

Sebagaimana firman Allah di bawah ini:

'Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati berasal dari tanah. Kemudian saripati itu Kami jadikan air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan ia makhluk yang berbentuk lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta Yang Paling Baik. Kemudian sesudah itu, sesungguhnya kamu bener-benar akan mati. Kemudian kamu akan dibangkitkan di hari kiamat', Al-Mu'minun:12-16.
Dari pemahaman tersebut dapat diambil pelajaran bahwa dengan kekuasaan-Nya, Allah mampu untuk mengabulkan setiap doa-doa kita. Namun, kita sebagai manusia di perintahkan untuk setia menjalani setiap tahapan dari proses mewujudkan keinginan-keinginan tersebut.

Alhamdulillah Rabb al-'Alamin.
Lanjutkan Membaca ...

HATI-HATI 10 HAL PEMBATAL SYAHADAT

HATI-HATI 10 HAL PEMBATAL SYAHADAT


Artikel ini bersumber dari http://islamterbuktibenar.net/?pg=articles&article=11139 , Jika anda memiliki pertanyaan tentang materi arikel ini, silahkan kunjungi link diatas.
السلام عليكم
بِسْــــــــــــــــــمِ اﷲِارَّحْمَنِ ارَّحِيم


Untuk semua saudara-saudariku:
Maaf, saya tak kafirkan banyak orang tp saya cuma ingatkan saja sesama insan agar "HATI-HATI" 10 HAL PEMBATAL SYAHADAT...
kenapa saya angkat tulisan ni? karena banyak orang di luar sana yang bilang Qur'an sudah tak sesuai zaman & 35% ayatnya perlu kena tukar ayat baru yang sesuai dengan zaman ni...
lagi banyak orang bilang SEMUA AGAMA BENAR, SEMUA AGAMA BAIK, SMUA AGAMA BAGUS, SEMUA AGAMA SAMA... benar kah smua agama sama? Benarkah ajaran Tuhan itu 3 tapi 1 itu benar?
-----
Allah telah mewajibkan bagi seluruh hambanya untuk masuk ke dalam Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-Nya dan menjauhi segala sesuatu yang menyimpang darinya. Ia juga telah mengutus Muhammad untuk berdakwah terhadap hal tersebut, dan juga telah mengabarkan bahwa barang siapa yang mengikutinya maka dia telah mendapatkan hidayah, namun barang siapa yang menolak dakwahnya maka ia telah tersesat. Dan Allah telah memperingatkan dalam banyak ayat-ayat Al-qur'an tentang hal-hal yang menyebabkan segala jenis kesyirikan, kemurtadan dan kekafiran.
Para ulama telah menerangkan dan membahas hukum seorang muslim yang murtad dari agamanya dapat disebabkan oleh berbagai macam sebab yang membatalkan keislamannya, yang menyebabkan darah dan hartanya menjadi halal dan Ia dinyatakan keluar dari Islam. Namun yang lebih berbahaya dan sering terjadi adalah 10 hal yang dapat membatalkan keislaman yang disebutkan oleh Syeik Muhammad Bin Abdul Wahab serta ulama lainnya. Dan saya akan menjelaskan secara singkat akan hal ini, agar kita berhati-hati dan mengingatkan orang lain dengn harapan agar kita selamat dari hal-hal tersebut.
----------------------------------------------------------------------

1. Syirik dalam beribadah kepada Allah. Firman Allah,

"sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa selain dari syirik itu bagi siapa yang di kehendaki-Nya." (Qs.4 An Nisaa': 116).
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan padanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seseorang penolongpun."(Qs.5 Al Maidah: 72).

Termasuk dalam poin ini adalah berdo'a kepada orang yang sudah mati dan minta bantuan kepada mereka atau bernadzar dan memberi sesaji baik berupa makanan, minuman, hewan kurban, bunga dan lainnya.


2. Menjadikan sesuatu sebagai perantara dengan Allah.

Menjadikan sesuatu sebagai perantara dengan Allah dimana seseorang berdo'a dan meminta syafaat serta bertawakal kepada sesuatu tersebut, orang yang berbuat hal seperti ini telah kafir secara ijma'.


Contoh: meminta tolong melalui perantara jin, meminta do'a melalui Nabi, meminta ampun melalui Nabi Isa atau Siti Maryam/bunda Maria, meminta perlindungan melalui malaikat, meminta berkah melalui Santo Kristen dan sejenis. Semua doa, ampun, permintaan, HARUS & HANYA ditujukan bagi ALLAH saja.

3. Siapa yang tidak mengafirkan orang-orang musrik atau meragukan kekafiran mereka atau membenarkan ajaran mereka. Maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.

Mereka telah membetulkan ajaran agama lain yang salah yang bermakna mereka pun mengakui ajaran agama yang salah. Ertinya mereka mengakui bahwa ada Tuhan selain Allah itu benar.

4. Siapa yang meyakini bahwa petunjuk selain Rasulullah saw lebih sempurna dari petunjuk beliau, atau meyakini bahwa hukum selain hukum beliau lebih baik dari selain hukumnya, seperti orang-orang yang lebih mengutamakan hukum thagut/demokrasi/komunis/hukum lainnya dari hukum Allah, maka orang yang berkeyakinan seperti ini juga telah kafir.

Artinya mereka tak meyakini Hukum Allah yang banyak ditulis dalam Qur'an. Bila tak yakin ayat Qur'an, maknanya mereka ragu akan Qur'an.
Ragu akan Qur'an = Gugur imannya pada Kitab2 ALLAH.
Ragu Qur'an = Ragu akan perkataan Nabi, menganggap Rasulullah Muhammad SAW berbohong masalah ayat Qur'an... maknanya, gugur imannya pada para Nabi.
Ragu Qur'an = Ragu akan perkataan Malaikat Jibril, menganggap Malaikat Jibril berbohong masalah ayat Qur'an... maknanya, gugur imannya pada para Malaikat.
Ragu Qur'an = Ragu akan firman ALLAH, menganggap ALLAH tak sempurna & berbohong masalah ayat Qur'an... maknanya, gugur imannya pada ALLAH.
Rukun Iman dalam Islam ada 6:
Bila dalam kenyataan kehidupan & perbuatan keseharian kita tak percaya pada Qur'an, maknanya 4 dari 6 Rukun Islam kita telah BATAL!!!
Iman kepada Kitab-Kitab ---> Batal
Iman kepada Para Nabi ----> Batal
Iman kepada Malaikat ------> Batal
Iman kepada Allah ----------> Batal
Cuma tersisa 2 Iman Islam, yaitu:
Iman kepada Hari Akhir &
Iman kepada Qada & Qadar

5. Siapa yang membenci sebagian dari ajaran Rasulullah, meskipun ia tetap mengamalkannya, maka ia telah kafir. Berdasarkan firman Allah,

"yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka benci kepada apa yang diturunkan Allah (Al Qur'an) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka."
Mengapa Rasulullah Muhammad SAW bersabda bahwa banyak penghuni neraka ialah wanita?
Kali ini, saya ada 2 jawaban untuk sementara:
- Karena insya Allah kelak jumlah wanita:pria = 50:1
- Karena banyak wanita tak guna jilbab/tudung
- Karena banyak wanita membenci poligami di Kitab Allah
Sesiapa yang berkata baik lahir maupun batin jika poligami itu tak betul, poligami itu salah, maka maknanya:
ia telah menyalahkan Qur'an
ia telah menyalahkan Kitab-Kitab Allah karena Poligami pun terdapat dalam Taurat, Zabur & Injil
ia telah menyalahkan Rasulullah Muhammad SAW & para nabi lain karena Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, Nabi Yakub, Nabi lain pun memiliki istri lebih dari 1
ia telah memfitnah Rasulullah Muhammad SAW berkata bohong tentang Ayat yang membatasi poligami 4 istri saja
ia telah menghujat ALLAH & mengatakan ALLAH berdusta tentang ayat poligami
Karena itu, insyaflah wahai saudara-saudariku, mari, perbaharui syahadat kita dengan shalat 5 waktu, karena Rasulullah Muhammad SAW bersabda: Alhamdulillah karena ALLAH telah menjadikan umatku sering mengucapkan syahadat.
Hal lain yang perlu diketahui bahwa membatasi kelahiran dengan kondom, suntik, atau medik lainnya ialah salah satu cara mereka para Kristen agar perkembangan umat Islam terhambat, sementara mereka banyak-banyak berkembang biak sebanyak-banyaknya.

6. Siapa yang memperolok-olok salah satu ajaran yang dibawa oleh Rasulullah saw. Atau memperolok-olok pahala dan siksaan yang diperoleh maka ia juga kafir. Dan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,

"Katakanlah wahai (Muhammad), 'Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian selalu berolok-olok?' tidak usah kalian minta ma'af, karena kalian kafir sesudah beriman." (At Taubah: 65-66)
Bila ada seorang yang mengakui Islam tapi dia bergurau dengan Qur'an & berkata: "GITU AJA KOK REPOT, SAYA KAN CUMA BERCANDA." maka silahkan lihat Firman-firman ALLAH dibawah ini:
Demikianlah balasan mereka itu neraka Jahannam, disebabkan kekafiran mereka dan disebabkan mereka menjadikan ayat-ayat-Ku dan rasul-rasul-Ku sebagai olok-olok. (18 Kahfi: 106)
Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat Kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.
(Qs. 45 Jaatsiyah:9)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka, tentulah mereka akan manjawab, "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?" (Qs.9 Taubah:65)
Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul hanyalah sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyap kan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat kami dan peringatan- peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan. (Qs.18 Kahfi:56)
Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok-olokan. Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan.(Qs.31 Luqman:6)
Yang demikian itu, karena sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. (Qs.45 Jaatsiyah:35)
Dan tinggalkan lah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan mereka telah ditipu oleh kehidupan dunia. Peringatkanlah (mereka) dengan Al-Quran itu agar masing-masing diri tidak dijerumuskan ke dalam neraka, karena perbuatannya sendiri. Tidak akan ada baginya pelindung dan tidak pula pemberi syafa'at selain daripada Allah. Dan jika ia menebus dengan segala macam tebusanpun, niscaya tidak akan diterima itu daripadanya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan ke dalam neraka. Bagi mereka (disediakan) minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu. (Qs.6 An'am:70)
Orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka." Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami. (Qs.7 A'raaf:51)
Sesungguhnya Al Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil. dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (Qs.86 Thaariq:13-14)

7. Perbuatan sihir dengan segala bentuknya. Maka barang siapa yang melakukan perbuatan ini dan meridhainya, maka ia telah kafir. Sebagaimana firman Allah,

"Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh syetan-syetan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan syihir).
Mereka mengajarkan syihir kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduanya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum mengatakan,
'Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), sebab itu janganlah kalian kafir'. Maka mereka mempelajari dari kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat menceraikan antara seorang (suami) dengan istrinya.
Dan mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudlarat dengan sihirnya kepada seorangpun kecuali dengan izin Allah. Dan mereka mempelajari sesuatu yang memberi mudlarat kepadanya dan tidak memberi manfaat.
Demi, sesungguhnyaa mereka telah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah) dengan sihir itu, tiadalah keuntungan baginya diakhirat dan amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir, kalau mereka mengetahui." (Al Baqoroh: 102)


8. Mendukung dan membantu orang-orang musrik untuk mencelakakan kaum muslimin. Hal ini dilandasi oleh firman Allah,

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang yahudi dan nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (kalian), sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian yang lain. Barang siapa diantara kalian mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim."(Al Maidah: 51)

9. Orang yang meyakini bahwa ada golongan manusia tertentu yang dibolehkan keluar dari syari'ah Muhammad. Maka orang yang meyakini hal ini telah kafir, berdasarkan firman Allah,

"Di antara ahli kitab ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepada kalian dan diantara mereka ada orang yang jika kalian mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepada kalian, kecuali jika kalian selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan, 'tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi.' Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui." (Al Imran: 75)

10. Berpaling dari agama Allah dengan wujud tidak mempelajarinya dan tidak mengamalkannya. Didasarkan pada firman Allah,

"Dan siapakah yang lebih zhalim dari pada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhan-Nya, kemudian ia berpaling daripadanya? Sesungguhnya kami akan memberikan pembalasan kepada orang-orang yang berdosa." (As Sajdah: 32).

Dan tidak ada perbedaan antara pelaku-pelaku sepuluh hal tersebut diatas, baik ia dalam keadaan main-main, bersungguh-sungguh, atau karena takut ketika melakukannya -kecuali orang yang dipaksa untuk melakukannya-.
Semuanya adalah bahaya yang sangat besar dan sangat sering terjadi. Maka hendaknya setiap muslim dapat menghindarinya dan selalu menghawatirkan dirinya dari hal-hal tersebut.
Kita kemudian berlindung kepada Allah dari segala sesuatu yang dapat mendatangkan kemurkaan dan adzabnya yang sangat pedih. Sholawat dan salam semoga selalu terlimpah atas manusia terbaik, Muhammad serta atas para kerabat dan sahabatnya.
Mari, sekali lagi kita perbaharui Syahadat kita. Mari kita sama tegakkan shalat 5 waktu berjamaah di masjid. Rasulullah Muhammad SAW tak pernah perintah kita shalat 5 waktu seorang saja di rumah masing-masing.
Kita shalat seorang saja, maka belum tentu shalat kita diterima, tapi bila kita banyak berjamaah sekali, insya ALLAH diterima semua.
Bila kita tegakkan shalat 5 waktu berjamaah, maknanya dalam 1 hari saja kita minimal mengucap 9x syahadat secara berjamaah disaksikan & di doa'akn para Malaikat di masjid/surau.
Lanjutkan Membaca ...

24 Jul 2011

Hitam di Dahi Perlu Diwaspadai


Tanya:
“Bagaimana cara menyamarkan/menghilangkan noda hitam di kening/di jidat karena sewaktu sujud dalam shalat terlalu menghujam sehingga ada bekas warna hitam?”
0281764xxxx
Jawab:
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ تَرَاهُمْ رُكَّعًا سُجَّدًا يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا سِيمَاهُمْ فِي وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ
Yang artinya, “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud” (QS al Fath:29).
Banyak orang yang salah paham dengan maksud ayat ini. Ada yang mengira bahwa dahi yang hitam karena sujud itulah yang dimaksudkan dengan ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’. Padahal bukan demikian yang dimaksudkan.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Ibnu Abbas bahwa yang dimaksudkan dengan ‘tanda mereka…” adalah perilaku yang baik.
Diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang kuat dari Mujahid bahwa yang dimaksudkan adalah kekhusyuan.
Juga diriwayatkan oleh Thabari dengan sanad yang hasan dari Qatadah, beliau berkata, “Ciri mereka adalah shalat” (Tafsir Mukhtashar Shahih hal 546).
عَنْ سَالِمٍ أَبِى النَّضْرِ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ إِلَى ابْنِ عُمَرَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ قَالَ : مَنْ أَنْتَ؟ قَالَ : أَنَا حَاضِنُكَ فُلاَنٌ. وَرَأَى بَيْنَ عَيْنَيْهِ سَجْدَةً سَوْدَاءَ فَقَالَ : مَا هَذَا الأَثَرُ بَيْنَ عَيْنَيْكَ؟ فَقَدْ صَحِبْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ فَهَلْ تَرَى هَا هُنَا مِنْ شَىْءٍ؟
Dari Salim Abu Nadhr, ada seorang yang datang menemui Ibnu Umar. Setelah orang tersebut mengucapkan salam, Ibnu Umar bertanya kepadanya, “Siapakah anda?”. “Aku adalah anak asuhmu”, jawab orang tersebut.
Ibnu Umar melihat ada bekas sujud yang berwarna hitam di antara kedua matanya. Beliau berkata kepadanya, “Bekas apa yang ada di antara kedua matamu? Sungguh aku telah lama bershahabat dengan Rasulullah, Abu Bakr, Umar dan Utsman. Apakah kau lihat ada bekas tersebut pada dahiku?” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3698)
عَنِ ابْنِ عُمَرَ : أَنَّهُ رَأَى أَثَرًا فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللَّهِ إِنَّ صُورَةَ الرَّجُلِ وَجْهُهُ ، فَلاَ تَشِنْ صُورَتَكَ.
Dari Ibnu Umar, beliau melihat ada seorang yang pada dahinya terdapat bekas sujud. Ibnu Umar berkata, “Wahai hamba Allah, sesungguhnya penampilan seseorang itu terletak pada wajahnya. Janganlah kau jelekkan penampilanmu!” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3699).
عَنْ أَبِى عَوْنٍ قَالَ : رَأَى أَبُو الدَّرْدَاءِ امْرَأَةً بِوَجْهِهَا أَثَرٌ مِثْلُ ثَفِنَةِ الْعَنْزِ ، فَقَالَ : لَوْ لَمْ يَكُنْ هَذَا بِوَجْهِكِ كَانَ خَيْرًا لَكِ.
Dari Abi Aun, Abu Darda’ melihat seorang perempuan yang pada wajahnya terdapat ‘kapal’ semisal ‘kapal’ yang ada pada seekor kambing. Beliau lantas berkata, ‘Seandainya bekas itu tidak ada pada dirimu tentu lebih baik” (Riwayat Bahaqi dalam Sunan Kubro no 3700).
عَنْ حُمَيْدٍ هُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ : كُنَّا عِنْدَ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ إِذْ جَاءَهُ الزُّبَيْرُ بْنُ سُهَيْلِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَوْفٍ فَقَالَ : قَدْ أَفْسَدَ وَجْهَهُ ، وَاللَّهِ مَا هِىَ سِيمَاءُ ، وَاللَّهِ لَقَدْ صَلَّيْتُ عَلَى وَجْهِى مُذْ كَذَا وَكَذَا ، مَا أَثَّرَ السُّجُودُ فِى وَجْهِى شَيْئًا.
Dari Humaid bin Abdirrahman, aku berada di dekat as Saib bin Yazid ketika seorang yang bernama az Zubair bin Suhail bin Abdirrahman bin Auf datang. Melihat kedatangannya, as Saib berkata, “Sungguh dia telah merusak wajahnya. Demi Allah bekas di dahi itu bukanlah bekas sujud. Demi Allah aku telah shalat dengan menggunakan wajahku ini selama sekian waktu lamanya namun sujud tidaklah memberi bekas sedikitpun pada wajahku” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3701).
عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ قُلْتُ لِمُجَاهِدٍ (سِيمَاهُمْ فِى وُجُوهِهِمْ مِنْ أَثَرِ السُّجُودِ) أَهُوَ أَثَرُ السُّجُودِ فِى وَجْهِ الإِنْسَانِ؟ فَقَالَ : لاَ إِنَّ أَحَدَهُمْ يَكُونُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ مِثْلُ رُكْبَةِ الْعَنْزِ وَهُوَ كَمَا شَاءَ اللَّهُ يَعْنِى مِنَ الشَّرِّ وَلَكِنَّهُ الْخُشُوعُ.
Dari Manshur, Aku bertanya kepada Mujahid tentang maksud dari firman Allah, ‘tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud’ apakah yang dimaksudkan adalah bekas di wajah?
Jawaban beliau, “Bukan, bahkan ada orang yang ‘kapal’ yang ada di antara kedua matanya itu bagaikan ‘kapal’ yang ada pada lutut onta namun dia adalah orang bejat. Tanda yang dimaksudkan adalah kekhusyu’an” (Riwayat Baihaqi dalam Sunan Kubro no 3702).
Bahkan Ahmad ash Showi mengatakan, “Bukanlah yang dimaksudkan oleh ayat adalah sebagaimana perbuatan orang-orang bodoh dan tukang riya’ yaitu tanda hitam yang ada di dahi karena hal itu adalah ciri khas khawarij (baca: ahli bid’ah)” (Hasyiah ash Shawi 4/134, Dar al Fikr).
Dari al Azroq bin Qois, Syarik bin Syihab berkata, “Aku berharap bisa bertemu dengan salah seorang shahabat Muhammad yang bisa menceritakan hadits tentang Khawarij kepadaku. Suatu hari aku berjumpa dengan Abu Barzah yang berada bersama satu rombongan para shahabat. Aku berkata kepadanya, “Ceritakanlah kepadaku hadits yang kau dengar dari Rasulullah tentang Khawarij!”.
Beliau berkata, “Akan kuceritakan kepada kalian suatu hadits yang didengar sendiri oleh kedua telingaku dan dilihat oleh kedua mataku. Sejumlah uang dinar diserahkan kepada Rasulullah lalu beliau membaginya. Ada seorang yang plontos kepalanya dan ada hitam-hitam bekas sujud di antara kedua matanya. Dia mengenakan dua lembar kain berwarna putih. Dia mendatangi Nabi dari arah sebelah kanan dengan harapan agar Nabi memberikan dinar kepadanya namun beliau tidak memberinya.
Dia lantas berkata, “Hai Muhammad hari ini engkau tidak membagi dengan adil”.
Mendengar ucapannya, Nabi marah besar. Beliau bersabda, “Demi Allah, setelah aku meninggal dunia kalian tidak akan menemukan orang yang lebih adil dibandingkan diriku”. Demikian beliau ulangi sebanyak tiga kali. Kemudian beliau bersabda,
يَخْرُجُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ رِجَالٌ كَانَ هَذَا مِنْهُمْ هَدْيُهُمْ هَكَذَا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ ثُمَّ لاَ يَرْجِعُونَ فِيهِ سِيمَاهُمُ التَّحْلِيقُ لاَ يَزَالُونَ يَخْرُجُونَ
“Akan keluar dari arah timur orang-orang yang seperti itu penampilan mereka. Dia adalah bagian dari mereka. Mereka membaca al Qur’an namun alQur’an tidaklah melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari binatang sasarannya setelah menembusnya kemudia mereka tidak akan kembali kepada agama. Cirri khas mereka adalah plontos kepala. Mereka akan selalul muncul” (HR Ahmad no 19798, dinilai shahih li gharihi oleh Syeikh Syu’aib al Arnauth).
Oleh karena itu, ketika kita sujud hendaknya proporsonal jangan terlalu berlebih-lebihan sehingga hampir seperti orang yang telungkup. Tindakan inilah yang sering menjadi sebab timbulnya bekas hitam di dahi.

Sumber : http://ustadzaris.com/hitam-hitam-di-dahi-tanda-niat-tidak-suci

Lanjutkan Membaca ...