24 Jul 2011

Mengenal Allah - Part Three - Completed


Artikel ketiga atau terkahir dari seri artikel mengenal Allah adalah kelanjutan dari artikel http://jabotabekinfo.blogspot.com/2011/07/mengenal-allah-part-two.html . Silahkan di simak semoga bermanfaat.
==================
Bi Ismi Allah al-Rahman al-Rahim
Segala puji bagi Allah, sholawat dan salam kepada Rasulullah, kesejahteraan bagi Muslimin Muslimat.
Untuk lebih memudahkan kita untuk memahami makna Tauhid yang merupakan inti dari Ajaran Islam, maka mari kita arahkan pembahasan kita kepada Amtsal Tauhid. Bagian ini adalah bagian terakhir dari pembahasan Mengenal Allah.


C. Amtsal Tauhid
Dalam Al-Quran tidak saja berisi kumpulan-kumpulan cerita, hukum, nasihat dan aturan-aturan dasar memahami alam semesta, namun juga memuat teori dan logika yang sangat valid. Allah SWT dalam hal ini tidak segan-segan membuat perumpamaan dalam setiap perkara besar, sekalipun perumpamaan tersebut seekor lalat. Allah tidak malu untuk membuat perumpamaan tersebut, sampai manusia memahami apa kehendak-Nya (Qs. 2;26). Tak terkecuali, masalah tauhid yang dalam studi agama adalah masalah-masalah ketuhanan adalah masalah pokok sebelum memahami unsur lainnya. Untuk masalah tauhid ini, Allah membuat perunpamaan seperti yang tertuang dalam surat Ibrahim (14) ayat 24-25 di bawah ini:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimah yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap, musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (14:24-25).
Pelajaran pertama yang harus diungkap adalah bahwa Allah SWT sangat memahami dan mempermudah manusia. Mengumpamakan sesuatu yang sangat penting dalam urusan agama, Allah mencontohkannya dengan sebuah pohon. Siapa manusia yang tidak kenal pohon dan siapa manusia yang tidak mengenal tiga unsur pohon tersebut, yaitu akar, batang dan buah.
Semua pasti tahu. Disinilah ke Maha Besar-an Allah dan kesucian Al-Quran dalam mengajarkan kebenaran. Ia sangat dekat dengan manusia dan segala pengalanamnya. Setiap manusia yang berfikir akan mengetahui keberadaan dan fungsi masing-masing unsur pohon tersebut. Manusia tahu tidak akan pernah ada pohon yang tidak memiliki keberadaan dan fungsi tiga unsur pohon tersebut. Keberadaan pohon diawali tumbuhnya akar, lalu batang dan setelah kedua unsur ini berproses pada fungsinya masing-masing, maka menghasilkan buah. Pohon tidak pernah hidup tanpa akar dan akar tidak pernah menghasilkan buah tanpa ada batang. Ini adalah pelajaran yang harus terus diingat selama-lamanya oleh siapa saja.
Demikian gambaran singkat tentang pohon. Yang penting, bahwa pohon ini akan menjadi barometer untuk mengukur faliditas konsep tauhid yang diangkat dari Al-Quran, tentang kalimat Thayyibah yang diilustrasikan dalam kalimat Laa Ilalah Illallah atau kalimah tauhid. Inti tentang kalimah tauhid adalah memahami Allah SWT. Pemahaman tentang Allah SWT ini, telah diuraikan dalam tulisan ini dimuka. Oleh karena itu, penyebutan untuk Allah SWT, sebagai Rabb, Malik dan Ilah, wujud kongritnya memiliki kesamaan dalam keberadaan dan fungsinya, perannnya, namanya seperti akar, batang dan buah.
Untuk mempermudah memahami perumpamaan ini, dapat menggunakan metrik, yang hasilnya sebagai berikut:




Perumpamaan Syajarah Thayyibah Amtsal Tauhid/
Kalimat Thoyyibah
Wujud Kongkrit
Ashlun/
Akar
Rabb /
Rububiyah
Al-Quran /
Sunatullah
Far'un /
Batang
Malik /
Mulkiyah
Kerajaan /
Khilafah Islamiyah
Ukulun /
Buah
Ilah /
Uluhiyatullah
Manusia /
Masyarakat Tauhid


Selanjutnya, akan diuraikan perbandingan setiap unsur dari keduanya, sebagai berikut:
  1. Perbandingan akar dengan Rabb atau Rububiyatullah
    Akar bagi pohon mewujud di awal kehidupan dan berfungsi sebagai dasar dan sumber kehidupan bagi kelangsungan hidup pohon. Jika akar mati, maka pohon akan mati.
    Rububiyatullah atau Rububiyah (aturan hidup) bagi manusia mewujud atau hadir dalam kehidupan manusia sebelum manusia mampu menata kehidupannya (ingat manusia diciptakan oleh Allah setelah Allah menciptakan alam raya ini dengan segala hukum-hukumnya) dan berfungsi sebagai sumber dari segala sumber kehidupan manusia, sebab manusia tidak akan pernah sampai pada kemapanan kebudayaan dan peradaban, tanpa adanya sebuah aturan yang dijunjung tinggi. Manusia tanpa aturan akan menjadi masyarakat tak beradab; hidup tanpa aturan sehingga tidak tahu mana hak mana kewajiban dan lainnya. Uraian ini menunjukkan bahwa, kedua-duanya ada dan berada pada awal kehidupan dan berfungsi sebagai sumber kehidupan.
  2. Perbandinagn batang dengan Malik atau Mulkiyatullah
    Batang bagi pohon ada dan mewujud untuk memproses suplai makanan dari akar ke tunas dan dengan proses yang terus menerus menjadi batang yang kokoh dan dengan memproses makanan yang bersumber dari akar, sehingga munculnya buah.
    Mulkiyatullah atau Mulkiyah (kerajaan, kekuasaan, kepemimpinan) bagi manusia ada dan mewujud sebagai proses kelanjutan dari implikasi dan pengejawantahan Rububiyah. Sebab tidak ada kekausaan atau pemerintahan yang tidak menganut suatu ideologi (rububiyah), dan adanya kekuasaan diciptakan dari sentimen dan berlandasan pada ideologi yang dianut. Negera Liberal tidak pernah ada jika tidak muncul ideologi leberalisme dan lain sebagainya. Fungsinya, selain sebagai proses dan jaminan atas pelaksanaan hukum dan perundang-undangan, juga sebagai tempat atau wadah yang nyata menata dan menciptakan masyarakat ideal.
    Uraian di atas menunjukkan, keduanya memiliki kesamaan dalam keberadaan dan sekaligus fungsinya, yaitu sebagai tempat memproses dari hal yang mendasar menjadi hasil yang muncul dipermukaan.
  3. Perbandingan buah dengan Ilah atau Uluhiyatullah
    Buah bagi pohon adalah hasil dari sebuah proses suplai makanan dari akar yang diproses oleh batang. Ia selain sebagai bukti keberhasilan dari sebuah proses berkesinambungan antara akar dan batang serta tujuan dari sebuah proses penanaman sebuah pohon, juga berfungsi sebagai pelanjut keturunan dan perkembangan genetika sebuah pohon. Di dalamnya ada benih yang merupakan inti dari kehidupan pohon. Di dalamnya ada cikal bakal akar, batang dan buah.
    Uluhiayah (pengabdian/Ibadah atau terbentuknya manusia dan masyarakat tauhid) bagi manusia dalah hasil dari pelaksanaan Rubiyatullah di dalam Mulkiyatullah. Manusia tauhid atau masyarakat tauhid mewujud selain sebagai bukti berjalannya proses tersebut di atas, juga merupakan tujuan dari penciptaan manusia. Ingat! Bahwa tujuan akhir dari seluruh proses lehidupan manusia adalah ibadah. Artinya, masyarakat manusia harus berupaya menciptakan suatu kondisi yang mengantarkan dan menjaga manusia agar tetap beribadah.
    Jika buah yang diharapkan oleh petani ketika menanam pohon, maka Allah menerima ibadah manusia bila dilakukan dengan berlandaskan Rububiyah-Nya dan dilaksanakan dalam Mulkiyah-Nya. Dan sesuailah tujuan tujuan Allah menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya (Qs. 51;56). Kloplah sudah perumpamaan ini. maha Suci Allah yang telah menciptakan perumpamaan ini dengan sejelas-jelasnya.
    Selanjutnya, pelajaran yang dapat ditarik dipermukaan dari perumapamaan tersebut, yaitu bahwa ketiga unsur pohon itu, memiliki hukum pasti yang mengajarkan bahwa buah mangga misalnya, akan dihasilkan dari akar dan batang buah mangga dan tidak mungkin dari akar dan batang durian. Begitu juga, batang buah tidak akan muncul dari akar durian.
    Pelajaran ini jika diterapkan dalam kehidupan manusia, masyarakat Islami hanya akan muncul dari sebuah negara atau pemerintahan Islam, dan tidak pernah muncul dari negara atau pemerintahan non Islam. Begitu pula, negara Islami tidak akan pernah ada dari ideologi atau ajaran bukan Islam. Ini peringatan dari Allah SWT, semoga Allah SWT memudahkan manusia dalam mencerap ajaran ini.
    Untuk selanjutnya, pembaca boleh membandingkan dengan isi sari surat An-Nuur ayat 35-37. Setelah memahami ayat ini, kiranya perlu membuka satu kenyataan lagi, bahwa tiga unsur ini berlaku bagi kehidupan manapun. Jika ideologo komunisme dianut oleh suatu bangsa, maka sudah pasti bangsa tersebut akan menjadi negara komunis, selanjutnya akan menata danm embentuk masyarakat komunis yang dicita-citakan. Begitu pula bagi Liberalisme, kapitalisme atau nasionalisme. Dalam setiap kasus tersebut tidak terlepas dari tiga unsur tersebut. Ini adalah pandangan dunia tauhid. Pandangan dunia yang sesungguhnya, pandangan yang murni dan benar.
D. Syirik


1. Syirik Lawan Tauhid


Dalam kehidupan manusia, hidup senantiasa berpasangan. Baik yang bersanding saling mengisi atau justru pasangan tersebut saling bertentangan. Contoh yang bersanding dan saling mengisi seperti suami istri, siang dan mala, dan contoh yang justru saling bermusuhan adalah hak dan bathil, Allah dan Syaitan, atau juga antara Tauhid dan Syirik.
Perlu dijelaskan di sini bahwa makna tauhid artinya satu, menyatukan, tunggal, tidak terbagi, tidak terpilah, lengkap dan sempurna. Yang lebih oprosional, tauhid sebagai suatu yang tidak membenarkan kesempatan kepada pihak manapun mencampuri yang satu tersebut. Oleh karena itu, ia mampu menjamin danm enjaga kesempurnaan dan kemapanan. Syirik berarti mencampur adukkan, menandingi, menyaingi dan mengisi kesempurnaan dengan yang lainnya.
Jika unsur tauhid sudah gamblang dijelaskan di muka, maka syirik berlawanan dengan tauhid, maka memiliki unsur yang sama. Jadi, ada syirik Rububiyah, syirik Mulkiyah dan syirik Uluhiyah.
Syirik Rububiyah ialah mensekutukan Allah dari sisi Rububiyah-Nya. Jadi siapapunyang tidak menafikan segela bentuk rububiyah selain Rububiyatullah adalah musyrik. (72;1-2, 18;26).
Syirik Mulkiyah ialah mensekutukan Allah dari sisi Mulkiyah-Nya. Jadi siapapun yang tidak menafikan segala bentuk mulkiyah selain mulkiyatullah adalah musyrik. (Lih Qs. 17;111, 25;2).
Syirik Uluhiyah ialah mensekutukan Allah dari sisi uluhiyah-Nya. Jadi siapapun yang tidak menafikan segala bentuk pengabdian, cita-cita pembentukan masyarakat selaian pengabdian dan cita-cita pembentukan masyarakat tauhid adalah musyrik. (Lih Qs. 18;110).

2. Akibat-akibat yang menimpa Musyrikin

Untuk menjelaskan apa akibat orang yang mensekutukan Allah, akan terlihat dalam ayat-ayat sebagai berikut:
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu; Jika kamu menpersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah termasuk orang-orang yang merugi”. (39:65).
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (Qs. 4;48).
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya”. (4:116).
“Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: :Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putra Maryam’, padahal al-Masih (sendiri) berkata: “Hai bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu”. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka Allah pasti mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidak ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun”. (Qs. 5;72).
“Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah), adalah benar-benar kedzaliman yang besar”. (Qs. 31;13).


Ayat-ayat tersebut di atas telah gamblang memberikan penjelasan tentang akibat apa yang diperoleh oleh orang yang mensekutukan Allah. Kesimpulan yang dapat diperoleh antara lain:
1. Mensekutukan Allah akan mengakibatkan ditolaknya seluruh amal, sehingga merugi.2. Dosa syirik tidak terampuni dan syirik adalah dosa besar, serta siapa yang mensekutukan Allah, ia telah sesat dengan sesesat-sesatnya.3. Orang yang mensekutukan Allah haram masuk surga dan tempatnya di neraka.4. Sesungguhnya syirik adalah kedzaliman yang besar


al-Hamdu li Allah Rabb al-'Alamin. Lihat dalam tampilan PDF

0 comments:

Posting Komentar